BPSILHK Makassar

Perbanyakan Bambu Secara Vegetatif

Oleh : Ir. Merryana K.A.

Pendahuluan

Bambu masuk kedalam famili Gramineae yang dikenal sebagai kelompok tumbuhan berumpun dan batangnya beruas (berintemode), antara ruas yang satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh buku (node). Dalam pertumbuhannya pada bagian buku inilah akan muncul cabang yang beruas-ruas, demikian seterusnya sehingga bambu tumbuh membentuk tegakan rumpun, berbatang tegak bagian ujung batang melengkung.

Bagian batang dari kelompok ini merupakan bagian yang bernilai ekonomis dan melalui batang pula beberapa jenis bambu dapat diperbanyak yang dikenal dengan cara vegetatif melalui setek batang. Cara ini merupakan cara yang paling efektif dalam perolehan bibit bambu sebanyak-banyaknya bila dibandingkan dengan cara vegetatif melalui rhizom/akar, karena harus merusak rumpun bambu yang tentunya membutuhkan banyak waktu, biaya tenaga yang cukup mahal dan perolehan bibit terbatas. Tunas-tunas yang muncul dari setek batang bersifat multiprimordial (banyak tunas), sedangkan tunas yang muncul dari setek rhizom/akar bersifat monoprimordial (satu tunas). Penting untuk diketahui cara ini tentunya dapat bernasil  apabila didukung oleh kondisi yang optimal bagi kebutuhan pertumbuhan bambu. Tempat tumbuh khususnya sifat edafik tanah dan iklim yang sesuai dan intensitas pemeliharaan merupakan hal yang paling utama. Untuk pertumbuhan bambu membutuhkan suhu 8,8 – 32 “C dengan kelembaban udara > 60% dan curah hujan minimal 1020 mm per tahun (Huberman, 1959).

Hasil pengamatan di vvilayah Sulawesi Selaian bahvva makin tinggi jumlah curah hujan makin banyak jumlah variasi jenis bambu yang ditemukan dan tingkat kesuburan tanah berpengaruh terhadap ukuran batang yaitu panjang ruas, ketebalan dinding dan diameter.

Batang dan akar mempakan tempat penimbunan makanan/karbohidrat dari tumbuhan bambu, sehingga selama masa pertumbuhan khususnya dalam menghadapi musim kemarau yang panjang dan kekurangan hara dan alternatif akhir dalam memperjuangkan hidupnya adalah dengan menggugurkan daun.

Cara ini oleh orang awam ditandai sebagai awal dari kematian (pengaruh serangan hama/penyakit), namun satu hal yang perlu diketahui bahwa ‘menanam bambu hanya sekali saja selanjutnya tinggal memanen’. Oleh karena sifat batang sebagai penyimpan makanan, hal ini dapat dilihat pada percobaan perendaman setek batang bambu berduri (Bambusa blumeana) yang memiliki ketebalan dinding 1,2 cm selama 10 minggu dapat menghasilkan panjang tunas 1,60 meter tanpa akar di rumah kaca KHDTK Mengkendek, kabupaten Tana Toraja pada kondisi suhu 26°C dengan tingkat kelembaban 67%.

Sistem perbanyakan bambu melalui setek batang juga tidak dapat dilakukan pada semua jenis bambu yang ada di Indonesia, khusus pada jenis bambu yang berdinding tebal dan memiliki serat kayu lunak seperti genus Bambusa, beberapa jenis dari genus Gigantochloa dan Dendrocalamus

 Sistem Perbanyakan

1. Persiapan lapangan

– Persiapan persemaian dilakukan sebulan sebelum pembibitan dilakukan.

– Pembibitan sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan agar selama waktu pertumbuhan bibit kelembabannya tetap tinggi.

– Arah persemaian harus menghadap ke timur untuk perolehan cahaya

– Persemaian dibuat dalam bentuk jalur bedengan selebar 50 cm.

– Bedengan dibuat setinggi + 20 cm dengan cara menimbun tanah samping ke bagian tengah bedengan sehingga bagian kiri kanan bedengan menjadi kosong dibuat sedalam 20 cm, sebagai tempat lewatnya air dan juga untuk memudahkan akar menyerap air.

– Atap persemaian dari bahan daun nipah dibuat setinggi 1 meter, mengingat cepatnya pertumbuhan tunas.

2. Persiapan Bibit

 – pilih batang dalam rumpun yang berumur tidak lebih dari 3 tahun, karena apabila batang sudah tua serat kayu memadat dan daya pertumbuhan horisontalnya mengecil

– penebangan batang harus dilakukan pada waktu awal musim hujan karena kadar air dalam batang cukup tinggi.

– bagian batang yang akan digunakan sebagai bibit adalah bagian yang dekat dari tanah karena sumber makanan lebih dekat yaitu bagian ruas ketiga hingga ruas bagian tengah yaitu sepertiga dan panjang batang bambu.

– potong dengan gergaji agar serat batang tidak rusak yaitu 10 cm di bawah buku dan 20 cm di atas buku, gunanya pada waktu bagian buku ditimbun dengan tanah ada bagian ruas atas yang berongga tempat mengisi air setiap dua hari apabila air sudah mulai berkurang

 3. Penanaman di persemaian

– Bahan bibit sebelum ditanam sebaiknya direndam dengan cairan fungisida ‘dithane’ untuk menghindari jamur yang dapat menghambat pertumbuhan tunas.

– Tempatkan bibit pada posisi buku tempat tunas muncul mengarah ke atas jangan sampai terbalik dan tanah di sekitar Ieher bibit dipadatkan.

4. Pemeliharaan di persemaian

– Pemeliharaan di persemaian sangat sederhana yaitu memperhatikan bagian ruas batang harus selalu berisi air, tambahkan apabila air sudah berkurang. Hal ini sangat penting untuk menjaga kelembaban batang dan mempercepat larutnya zat makanan di batang.

– Aliri terus bagian saluran air yang dibuat disamping-samping bedengan agar tetap basah untuk menjaga kelembaban di persemaian

–  Penyiraman dilakukan setiap dua hari (disesuaikan)

– Penyiangan rumput-rumput dilakukan setiap minggu

– Pada minggu ke empat pertumbuhan tunas sudah dimulai, umur 3 bulan pertumbuhan tunas sudah mencapai 150 cm (sudah mencapai atap persemaian) lakukan pembukaan atap secara bertahap agar bibit tidak mengalami stagnasi

– Pemagaran lokasi persemaian harus mengingat tunas bambu yang baru muncul sangat lunak sehingga mudah patah

5. Penanaman

– Penanaman sebaiknya dilakukan pada musim hujan berikutnya

– Siapkan terlebih dahulu lubang tanaman dengan ukuran 30 cm x 30 cm x 30 cm dengan jarak tanam 60 cm x 60 cm, 1 bulan sebelum bibit disapih ke lapangan

– Campurkan media tanah dengan pupuk kandang yang sudah matang dengan campuran 3 : 1 dalam kondisi terus basah

– Anakan bambu yang siap ditanam di lapangan berumur 10 – 12 bulan dengan tinggi >35 cm

– Penggalian anakan bambu dilakukan secara hati-hati dari persemaian dan diupayakan bibit segera ditanam

– Satu bulan setelah anakan di lapangan perhatikan ada bagian batang tunas yang akan mati, namun akan ada pengganti  tunas baru yang merupakan tanda bahwa anakan bambu memulai adaptasi kehidupan di ruang yang lebih luas

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top