BP2LHK Makassar(22-02-2018)_Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan , total sampah di Indonesia 64 juta ton pertahun dan diperkirakan pada tahun 2019 jumlah sampah di Indonesia terus akan meningkat hingga 68 juta ton. Kita ambil Salah satu contoh ialah kota Makassar, kota yang memiliki penduduk kurang lebih 1,5 juta ini pada tahun 2016 menghasilkan jumlah sampah 700 ton perhari yang terdiri atas 82,19% sampah organik dan sisanya 17,81% sampah anorganik.
Untuk menyelesaikan permasalahan sampah yang terus meningkat jumlahnya tersebut maka dari itu Kementerian LHK mentargetkan pengurangan timbunan sampah secara keseluruhan sampai dengan 2019 sebesar 25 persen dan 75 persennya akan ditangani dengan cara ‘Composting’ dan daur ulang.
Timbunan sampah terus meningkat dari waktu ke waktu, melihat berbagai permasalahan tersebut Balai Penelitian Dan Pengembangan Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Makassar (BP2LHKM) merespon dan berusaha untuk menangani persoalan sampah perkotaan dengan mencoba menginisiasi model penanganan sampah organik.
BP2LHK Makassar sebagai institusi riset dibawah Kementerian LHK menginisiasi model penanganan sampah organik dikarenakan komposisi jumlah sampah organik lebih besar dibandingkan sampah anorganik dan juga dikarenakan sampah organik belum banyak yang bisa menanganinya dengan baik.
Model pengelolaan sampah ini mengelola sampah organik dari kelompok masyarakat , sekolah maupun instansi pemerintahan lalu kemudian mengubah (Pengomposan) sampah organik menjadi kompos. Kompos ini sendiri adalah unsur hara yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan serapan hara dan meningkatkan hasil Terkhusus pada sampah dedaunan.
Ir. Hunggul Y.S.H. Nugroho, M.Sc peneliti BP2LHK Makassar mengatakan bahwa “hasil akhir dari pengolahan sampah organik ini adalah kompos. Kompos ini selanjutnya digunakan sendiri oleh kelompok masyarakat pengelola sampah dalam bertanam sayur-sayuran, buah dan bunga di lingkungannya milik mereka sendiri”.
“Selain berperan penting dalam penyediaan unsur hara , pengaplikasian kompos ini mampu mengurangi potensi erosi dengan menurunkan potensi awal kejadian erosi karena meningkatnya laju perkolasi, meningkatkan simpanan air , menurunkan kecepatan aliran permukaan dan menyediakan lingkungan yang lebih baik untuk pertumbuhan akar tanaman dan menyediakan hara bagi tanaman di atasnya”, tambah Hunggul.
Diharapkan dengan alat penangan sampah organik dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sampah yang baik dan benar dan dapat mengurangi jumlah sampah yang terus meningkat setiap tahunnya dan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit kepada masyarakat dan hal itu harus didukung oleh kesadaran diri pribadi untuk menjaga lingkungan sekitar dari pencemaran. ***(IKI)