BP2LHK Makassar(31/07/2019)_Pada pertengahan Juli 2019 Koordinator RPPIg Hasil Hutan Bukan Kayu Badan Litbang dan Inovasi Dr. Made Hesti Lestari Tata, S.Si.,M.Si berkunjung ke BP2LHK Makassar didampingi oleh peneliti sutera alam dari Puslithutan Bogor Dra/Lincah Andadari, M.Si. Kunjungan berlangsung selama 4 hari yaitu dari tanggal 16-19 Juli 2019. Pada kesempatan tersebut Dr.Made Hesti Lestari Tata selaku ketua TP2U melaksanakan pembinaan pegawai terkait Perka LIPI Nomor 14 tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional Peneliti dan Penelitian HHBK di BLI. Selain itu, Koordinar bersama tim didampingi oleh peneliti BP2LHK Makassar Nurhaedah Muin dan Sie Perencanaan juga berkunjung ke areal demplot “Penerapan Iptek Persuteraan Alam di Desa Sering, Kecamatan Donri-Donri Kabupaten Soppeng. Saat kunjungan, rombongan mengamati secara langsung demplot pertanaman murbei hasil persilangan dan jenis lokal seluas 0,30 ha, Ruang budidaya ulat sutera (rumah ulat) dengan ukuran 6m x 8m yang didalamnya sedang berlangsung penelitian ujicoba budidaya ulat sutera bibit hasil persilangan PS 08 (puslitbang)dan bibit ulat sutera Perum Perhutani serta mengamati alat pengering kokon tenaga surya.
Saat kunjungan di Desa Sering, hadir pula Kepala Desa Sering, sehingga rombongan koordinator sempat mengadakan diskusi singkat dengan pemerintah desa dan petani sutera pemilik lahan demplot terkait tantangan dan peluang pengembangan usaha sutera alam di Kabupaten Soppeng.
Pemerintah Desa dan petani sutera Desa Sering menyambut baik adanya demplot penerapan Iptek persuteraan alam sebagai salah satu dukungan terhadap pengembangan usaha sutera alam dan kebijakan Pemda/Bupati Soppeng yang ingin mengambalikan kejayaan usaha sutera alam di Kabupaten Soppeng sebagaimana pernah terjadi pada tahun 1960 an dan 1970 an.
Berada di lokasi petani, Peneliti sutera dari Puslitbang Dra.Lincah Andadari, M.Si mengemukakan pengalamannya terkait teknik budidaya ulat sutera yang optimal dengan mengatur pemberian pakan yang berkualitas dan memperhatikan SOP teknik pemeliharaan serta peralatan pemintalan yang dapat mengolah kokon cacat menjadi benang sutera. Tim menyarankan perlunya penambahan parameter pengamatan pada alat pengering kokon berupa maksimal waktu penyimpanan kokon setelah dikeringkan. Selain itu, perlu dipertimbangkan uji coba tanaman apa yang bisa ditumpangsari dengan tanaman murbei.
Mereka juga melakukan kunjungan di Perum Perhutani Kabupaten Soppeng di Tajuncu. Disana dilakukan diskusi dengan kepala bidang pembibitan ulat sutera yang merangkap sebagai Ka. Tata Usaha yang membahas terkait bagaimana Strategi peningkatan produksi kokon dan benang di Kabupaten Soppeng dan Sulawesi Selatan pada umumnya dengan meningkatkan peran sesuai tupoksi masing-masing meskipun menghadapi berbagai keterbatasan seperti keterbatasan anggaran dan SDM terkait.
Kunjungan juga dilakukan di daerah hilir atau pusat industri sutera alam Kabupaten Wajo. Salah satu industri sutera di Kota Sengkang yaitu “Aminah Akil Silk yang mengemukakan permasalahan usahanya saat ini adalah terbatasnya bahan baku benang yang berkualitas. Pengusaha mengharapkan petani sutera lokal mampu memenuhi kebutuhan bahan baku lokal yang berkualitas sehingga mengurangi jumlah impor benang yang harganya lebih mahal.
Sebelum mengakhiri kunjungan, koordinator RPPI HHBK beserta peneliti Puslitbang dan BP2LHK Makassar berkunjung ke Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Sulawesi Selatan. Point penting dari pertemuan tersebut adalah perlunya kerjasama dan pelibatan para pihak dalam upaya pengembangan usaha sutera alam di Sulawesi Selatan termasuk Litbang LHK yang telah menghasilkan beberapa temuan riset bagian hulu dan Disperindag pada teknologi bagian hilir. ***(IKI)