BP2LHK Makassar – Penambangan nikel meninggalkan kondisi ekosistem dan tapak yang rusak sehingga menyebabkan terhambatnya perkembangan vegetasi alami. Terlebih lagi di areal bekas tambang nikel biasanya tercemar unsur-unsur logam berat salah satunya nikel itu sendiri dan tentunya semakin menghambat kolonisasi tumbuhan alami.
Untuk merehabilitasi lahan bekas tambang nikel diperlukan upaya mengkatalisis proses suksesi alaminya. Penyiapan tapak siap kembang sangat penting karena akan memfasilitasi kolonisasi tumbuhan alami sehingga proses suksesi dapat distimulasi. Remediasi tanah tambang yang tercemar nikel merupakan salah satu upaya untuk membentuk tapak siap kembang. Revegetasi dengan jenis-jenis tanaman lokal yang mempunyai kemampuan mengakumulasi nikel harus dilakukan.
Dilakukannya uji efektivitas isolat konsorsium FMA (Acaulospora denticulata dan Gigaspora sp.) dan Rhizobium indigenous, Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi isolat FMA indigenous terhadap tanaman lokal penyerap nikel, Sarcotheca celebica, sangat efektif untuk mempercepat pertumbuhan. Inokulasi dengan Gigaspora sp. menghasilkan respon pertumbuhan terbaik dan mampu meningkatkan pertumbuhan tinggi, diameter, biomassa akar dan biomassa. Sementara semai yang tidak diinokulasi FMA mempunyai pertumbuhan yang paling lambat.
Uji efektivitas isolat FMA indigenous dari tanah bekas tambang nikel perlu dilakukan terhadap jenis-jenis tanaman lokal penyerap nikel lainnya sehingga akan memberikan informasi lebih lengkap dan memperbanyak alternatif penggunaan jenis-jenis lokal untuk revegetasi lahan bekas tambang nikel. Perlu dilakukan identifikasi perlakuan teknik perbanyakan vegetatif lainnya yang dapat memberikan hasil yang lebih maksimal salah satunya dengan penelitian suhu optimum yang dapat mendukung pertumbuhan akar stek.
Inokulasi isolat mikoriza indigenous efektif meningkatkan pertumbuhan semai Sarcotheca celebica. Efektivitas tersebut ditunjukkan dengan lebih cepatnya pertumbuhan semai yang diinokulasi isolat FMA, baik tunggal maupun campuran, dibanding pertumbuhan semai yang tidak diinokulasi isolat FMA.