BPSILHK Makassar

Berbasis Kerakyatan dan Aplikatif, Karya Inovasi “Lestari Hutanku Terang Desaku” dalam Pameran Inovasi Teknologi (INOTEK) 2012

FORDA (Jakarta, 19/10/12) Berbasis kerakyatan, aplikatif dan berdampak luas, adalah kriteria pemilihan karya inovasi dan teknologi untuk tampil dalam Pameran Inovasi dan Teknologi (Inotek) 2012. “Mikrohidro: Lestari Hutanku Terang Desaku” karya Ir. Hunggul Yudono, M.Si., peneliti dari Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Makassar, terpilih untuk tampil dalam pameran itu bersama 8 karya lainnya dari 510 inovasi yang masuk dalam Buku 100 – 104 Inovasi Indonesia.

Karya mikrohidro ini dianalisis memiliki dampak yang besar sekali ke masyarakat, terutama untuk desa-desa yang kekurangan listrik. “Daerah-daerah terpencil yang susah dijangkau dari PLN bisa menggunakan alat ini.” kata Feri Jainudin, Liaison Officer Business Innovation Center (BIC) di Jakarta, Jum’at (19/10), saat ditanya mengenai alasan terpilihnya karya Hunggul tersebut dalam Inotek 2012.

Lebih lanjut Feri menjelaskan, indikator utama tentunya berbasis kerakyatan dan sudah teraplikasi di masyarakat, baik skala kecil maupun skala besar. Karya-karya inovasi yang dipamerkan ini diantaranya telah mendapat penghargaan nasional dan internasional, mampu meningkatkan keekonomian masyarakat suatu daerah dan bahkan ada yang sudah diaplikasikan di luar negeri.

Selain karena konsepnya yang sudah diaplikasikan di masyarakat, mikrohidro ini juga dinilai ekonomis. Biaya yang dikeluarkan masyarakat untuk listrik mikrohidro jauh lebih murah dibandingkan dengan genset dan PLN.

“Dengan genset masyarakat membayar iuran  sebesar 100 – 200 ribu per bulan, hanya untuk aliran listrik 4 jam sehari, dengan mikrohidro, mereka cukup membayar iuran sesuai kesepakatan kelompok, dan uangnya pun kembali ke kelompok untuk perawatan rutin dan upah operator,” jelas Hunggul saat ditemui pada Pameran Inotek 2012 di Plaza FX, Senayan Jakarta (19/10).

Innovation Park BIC: Kawasan Agro Industri Terpadu

Saat ini BIC sedang mengembangkan innovation park, yakni lahan berkonsep agro-industri terpadu dengan tujuan jangka panjang membangun Desa Mandiri Energi (DME).

“Lahannnya di Cigudeg, Bogor. Luasnya saat ini 14 hektar. Konsepnya memadukan kegiatan peternakan, pertanian dan kehutanan,” kata Feri. Dalam innovation park ini akan dicobakan berbagai inovasi.

Selain membangun DME, kawasan ini juga sebagai demplot untuk pengembangan hasil riset kearah komersialisasi. “Jika masih skala lab, jangan bicara dulu,” kata Feri lebih lanjut.

Ester Amelia, Liaison Officer BIC, juga menjelaskan, jika ada swasta yang ingin mengetahui teknologi yang dihasilkan, dapat langsung melihat demplotnya termasuk analisis ekonominya, sehingga pengembangan dan kerjasama lebih lanjut akan mudah dapat diwujudkan.

Kawasan ini juga membuka peluang bagi peneliti untuk pengembangan hasil risetnya.  “Jika ada peneliti yang kesulitan lahan, bisa memanfaatkan kawasan ini, bibitnya kami beli dan jika peneliti ingin meneliti, silakan datang saja,” ujar Feri. Tentunya, lanjut Feri, penelitian tersebut harus sejalan dengan konsep agro-industri yang menjadi fokus kawasan ini.

Hasil Badan Litbang Kehutanan yang akan dicobakan di innovation park ini adalah aplikasi fungi mikoriza arbuskula (FMA) untuk reklamasi lahan bekas tambang dan aplikasi bioinduksi produksi gaharu. Pada kawasan ini juga dikembangkan lahan seluas 2 hektar untuk pengembangan bioenergi.

Para pihak yang tertarik dengan karya inovasi dan teknologi dalam Buku 100 – 104 Inovasi Indonesia, dapat menghubungi BIC di http://www.bic.web.id.  Tindak lanjut untuk kerjasama dan aplikasinya akan difasilitasi oleh BIC.(DP)***

 Sumber : http://www.forda-mof.org

 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top