Pendahuluan
Jati (Tectona grandis LINN.f) merupakan jenis tanaman komersial yang telah lama dibudidayakan di Indonesia, terutama di Pulau Jawa. Kelebihan Jati terletak pada keawetan, kekuatan dan tekstur yang indah sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Kayu jati dapat dimanfaatkan untuk konstruksi berat, kayu bangunan bantalan rel kereta api, kapal, peti, mebel dan lain-lain (Mahfudz dkk, 2005). Jati banyak dikembangkan dalam program Hutan Tanaman Industri (HTI) dan hutan rakyat di Pulau Sulawesi, terutama di Kabupaten Konawe Selatan dan Pulau Muna.
Kondisi tegakan jati di Pulau Muna dan Konawe Selatan pada saat ini sudah sangat memprihatinkan. Kualitas tegakan yang rendah disebabkan oleh banyaknya illegal logging dan pengelolaan tegakan yang kurang baik. Untuk memperbaiki kualitas tegakan jati tersebut, sebagai langkah awal telah dipilih beberapa pohon induk yang mempunyai kenampakan fenotipe yang bagus. Pohon induk merupakan materi dasar untuk kegiatan pemuliaan lebih lanjut. Namun ternyata pohon induk yang telah ditunjuk juga banyak yang hilang karena dicuri. Untuk menghindari hilangnya gen-gen unggul jati muna maka perlu dilakukan konservasi tehadap gen-gen unggul yang terdapat pada pohon induk dengan pembuatan bank klon jati muna.
Ada banyak cara untuk menyelamatkan gen-gen atau kelompok gen yang diinginkan yang mengandung bahan genetik yang sama dengan yang terdapat pada induknya. Salah satu caranya dengan teknik-teknik pembiakan vegetatif yaitu dengan cara okulasi atau penempelan mata tunas pada rootstock sebagai bank klon yang merupakan materi dasar pemuliaan. Pembiakan vegetatif merupakan suatu perbanyakan yang menjamin keturunannya mempunyai susunan genotipe sama dengan induknya.
Prosedur Pelaksanaan
Alat dan Bahan
• Scion (mata tunas) dari pohon induk jati yang terseleksi.
• Plastik selebar 1.5 cm.
• Pisau okulasi.
• Gunting stek.
• Alkohol 70%.
• Ditaine.
Cara Kerja
1. Pemilihan batang bawah (rootstock)
Dalam kegiatan okulasi ini batang bawah yang digunakan berumur 7 – 12 bulan dengan diameter minimal 2 cm, batang kokoh dan sehat (bebas hama dan penyakit).
2. Pengambilan bahan mata tunas (scion)
Mata tunas yang digunakan diambil dari pohon induk pada bagian pertengahan tajuk. Mata tunas yang digunakan adalah mata tunas yang dorman (tidur), yang ditandai dengan mata tunas yang belum berkembang dan tidak terserang hama dan penyakit. Mata tunas diambil dari cabang atau ranting dengan diameter 1,5 – 2,5 cm. Cabang yang bagus adalah cabang yang bentuknya silindris.
Mata tunas yang telah diambil pohon induk dipotong-potong sepanjang 10 – 20 cm dan diujung-ujungnya ditutup dengan alumunium foil. Setiap stek diberi kode sesuai dengan nomor pohon induknya. Stek yang telah terkumpul dilembabkan kemudian dibungkus pelepah pisang dengan rapat lalu masukkan ke dalam ice box atau stirofoam. Hal ini dilakukan apabila pengambilan materi vegetatif jauh dari lokasi pembuatan grafting.
3. Metode dan Pelaksanaan Grafting
Metode grafting yang digunakan pada tanaman jati adalah metoda bud graft (okulasi) seperti terlihat pada gambar 3
Pelaksanaan okulasi diawali dengan seleksi mata tunas yang baik, kemudian mata tunas yang terpilih dibuat sayatan dengan menggunakan pisau tajam. Sayatan dimulai 1 cm diatas mata tunas lalu penyayatan dilanjutkan 1 cm dibawah mata tunas kearah sayatan pertama (Gambar 4). Kayu yang yang menempel pada mata tunas usahakan setipis mungkin, mata tunas dan kambium vascularnya usahakan tidak rusak. Bila mata tunas berlubang berarti mata tunas telah rusak dan menyebabkan tunas baru tidak tumbuh bahkan menimbulkan pembusukan mata tunas yang ditempel.
Rootstock yang digunakan adalah berasal dari cabutan di persemaian yang telah dipangkas dengan tinggi pangkasan 15 cm diatas leher akar, yang akar serabutnya telah dibersihkan (Gambar 5). Rootstock yang telah siap dibuat keratan 10 cm di atas leher akar. Setelah kulit
batang rootstock dikerat sesuai dengan ukuran perisai dilepaskan dari batang (Gambar 6).
Pada bekas kulit tersebut ditempelkan perisai (Gambar 7). Penempelan usahakan agar bagian kambium vascular mata tunas menempel erat pada kambium vascular tanaman stock (Danu, dkk. 2002). Mata tunas yang telah ditempelkan tadi dibungkus dengan plastik selebar 1 cm (Gambar 8). Pembungkusan dilakukan dengan cara plastik dililitkan dari bawah okulasi ke arah atas sehingga susunan lilitan plastik membentuk seperti susunan genting rumah serapih mungkin. Hal ini dilakukan supaya air yang dipakai menyiram tidak bisa masuk kedalamnya.
Tanaman yang telah diokulasi ditanam ke dalam polibag lalu ditata dalam sungkup. Dan setiap tanaman ditutup dengan kerudung plastik (Gambar 9). Tiap-tiap tanaman hasil okulasi diberi label yang berisi keterangan mengenai identitas scion dan tanggal okulasi.
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan okulasi di persemaian terdiri dari penyiraman dan membuang mata tunas yang tidak diinginkan. Penyiraman dilakukan setiap pagi hari dan dilakukan dibawah tempelan mata tunas agar tempelan tidak tersiram air.
Kegiatan yang juga tidak kalah pentingnya adalah membuang mata tunas baru yang muncul dari tanaman stock. Kegiatan ini harus rutin dilakukan setiap ada tunas baru yang tumbuh dari stock. Tunas dari tanaman stock jangan sampai tumbuh lebih dominan karena dapat menghabiskan suplai makanan, sehingga tunas hasil tempel dari tanaman induk terpilih menjadi kerdil dan mati (Widarto, 1996).
Bahkan apabila tanaman okulasi sudah ditanam di lokasi penanaman dapat mengacaukan informasi asal usul tanaman induk. Sehingga kegiatan ini perlu dilakukan terus menerus, walaupun bibit sudah ditanam di lapangan sampai dipastikan tunas hasil tempel sudah tumbuh baik dan kuat.
5. Pertumbuhan scion
Pada hari ke15 setelah penempelan okulasi jati scion (mata tunas tidur) sudah mulai tumbuh, warna kulit mata tunas yang ditempel masih segar. Namun ada juga beberapa mata tunas yang sudah membusuk atau berwarna hitam yang menandakan bahwa mata tunas tersebut sudah mati. Kegagalan okulasi bisa disebabkan karena ketidakmampuan penyatuan antara scion dengan rootstock dan serangan jamur. Menurut Rochiman dan Harjadi dalam Adriana dkk (1999) berhasil atau tidaknya suatu penyambungan tanaman tergantung pada terbentuknya graft union (penyatuan antara batang bawah dengan mata tunas).
Keberhasilan okulasi ditandai dengan pertumbuhan tunas yang baik dan segar. Setelah scion dan rootstock betul – betul menyatu ikatan plastik dapat dibuka secara bertahap.
Daftar Pustaka
Adriana, OH Soeseno dan M. Na’iem. 1999. Keberhasilan Okulasi dari Berbagai Provenan dan Varietas Jati. Proceding Seminar Nasional Status Silvikultur 1999. Fakultas Kehutanan UGM. Yogyakarta.
Danu. Dkk. 2002. Teknik Okulasi Tanaman Jati Putih (Gmelina arborea inn). Tekno Benih Vol. VII. No. I. 2002. Badan Peneltian dan Pengembangan Kehutanan. Jakarta.
Mahfudz dkk, 2005. Sekilas Jati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Departemen Kehutanan.
Martawijaya, A. Iding K., Kosasi K dan Soewanda, A.P. 1981. Atlas Kayu Indonesia. Balai Penelitian Hasil Hutan, Badan Pengembangan Pertanian. Bogor.
Widarto,L. 1996. Perbanyakan Tanaman dengan Biji, Stek, Cangkok, Sambung, Okulasi dan Kultur Jaringan. Kanisius. Yogyakarta. 156