BPSILHK Makassar

Pengembangan hutan kota, langkah strategis serap karbon

hutan_kotaMakassar (4 Desember 2014)_ Pelestarian dan pengembangan hutan kota merupakan salah satu upaya strategis mengurangi pencemaran lingkungan kota, karena mampu menyerap gas karbondioksida, menyerap panas, dan wahana konservasi. Penelitian terbaru mengungkap simpanan karbon di tiga hutan kota DKI Jakarta mencapai 220,52 ton per hektar.

“Nilai cadangan karbon pohon ini menunjukkan bahwa perencanaan hutan kota selain memiliki fungsi sebagai konservasi keanekaragaman hayati, hidrologi dan estetika juga memiliki andil dan fungsi sebagai penyimpan karbon,” kata Sofyan Hadi Lubis, salah seorang penulis laporan penelian tersebut di Bogor, akhir November 2014 lalu.

Dalam penelitian berjudul Analisis Cadangan Karbon Pohon Pada Lanskap Hutan Kota Di DKI Jakarta yang diterbitkan dalam Jurnal Penelitian Sosek Vol. 10 No. 1 tahun 2013, Sofyan Hadi Lubis, Hadi Susilo Arifin dan Ismayadi Samsoedin melaporkan hasil penelitiannya di hutan kota Universitas Indonesia, Srengseng dan PT Persero JIEP di kawasan industri Pulogadung.

Hutan kota UI memiliki simpanan karbon 172,86 ton/ha dengan perolehan biomassa sebesar 345,72 ton/ha, hutan kota Srengseng yaitu 24,04 ton/ha dengan biomassa sebesar 48,04 ton/ha, dan hutan kota PT JIEP yaitu 23,64 ton/ha dengan biomassa sebesar 47,29 ton/ha. “Nilai serapan CO2 terbesar dihasilkan dari hutan kota UI yaitu 634,40 ton/ha, Srengseng sebesar 88,15 ton/ha dan PT JIEP sebesar 86,76 ton/ha,” kata Lubis.

Lubis mengharapkan, penelitian ini bisa mendukung pengembangan hutan kota menjadi prioritas kebijakan pada level faktor, yaitu peningkatan kualitas hutan kota, pada level aktor yaitu pemerintah, dan pada level alternatif peraturan dan perluasan hutan kota. “Pemerintah DKI Jakarta juga perlu melakukan perluasan hutan kota, pemberian insentif bagi masyarakat dan swasta, melakukan sosialisasi dan menerapkan sanksi dalam upaya pengembangan hutan kota,” katanya.

Salah satu persoalan lingkungan di wilayah DKI Jakarta terkait dengan peningkatan suhu udara pada 1970-an berkisar antara 26 C – 28 C dan meningkat menjadi 29,12 C – 31,26 C pada 2007. Persoalan tersebut diperburuk oleh peningkatan polusi karbondioksida meningkat dari 187,4 mg/m menjadi 300,0 mg/m  pada 2002-2007. Salah satu upaya untuk meredam persoalan lingkungan tersebut adalah keberadaan dan pengembangan hutan kota.

Namun, diakui bahwa dalam pengembangan hutan kota  terdapat berbagai persoalan selain informasi mengenai cadangan karbon pada perencanaan masih terbatas. Keterbatasan tersebut terjadi pada aspek teknis, konsep dasar pemilihan jenis pohon hutan kota yang sesuai dengan peruntukannya. “Oleh sebab itu, diperlukan penelitian ini sebagai salah satu upaya untuk mencari solusi kebijakan pengembangan hutan kota” ujar Lubis.

Fabaceae

Penelitian tersebut juga mengungkap jenis pohon yang memberikan sumbangan karbon terbesar yang dihasilkan dari famili Fabaceae.  “Familli fabaceae juga merupakan jenis yang memiliki toleransi yang luas terhadap suhu, kelembaban, dan keadaan tanah serta kompetisi unsur hara sehingga sangat mempengaruhi atau memungkinkan terjadi perkembangan pohon yang baik serta memiliki diameter batang yang cukup besar,” papar Lubis

Sofyan Hadi Lubis, Hadi Susilo Arifin dan Ismayadi Samsoedin melakukan penelitian pada 2012 dengan mengukur biomassa pohon dengan metode sampling tanpa pemanenan. Mereka menggunakan persamaan allometrik, pendekatan kandungan biomassa, mengukur serapan CO2 dengan data carbon stock dan kebijakan pengembangan hutan kota dengan metode AHP. (Arman Hermawan /FORDA)***

Sumber : http://www.redd-indonesia.org/index.php/media/arsip-fokus-redd/1380-pengembangan-hutan-kota-langkah-strategis-serap-karbon

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top