Pendahuluan
Persuteraan alam di Sulawesi Selatan pernah mengalami masa kejayaan pada tahun 1960, namun setelah itu terpuruk akibat adanya wabah penyakit pebrin. Sampai saat ini budidaya ulat sutera masih digeluti oleh sebagian masyarakat di Sulawesi Selatan, terutama daerah-daerah yang menjadi sentra produsen sutera seperti: Soppeng, Wajo, Sidrap, Enrekang, Toraja dan daerah pengembangan baru seperti Bulukumba dan Sinjai. Umumnya masyarakat melaksanakan usaha ini sebagai sumber penghasilan tambahan selain mata pencaharian utama sebagai petani sawah.
Data penelitian tentang terkait produksi kokon Sulawesi Selatan dari tahun 1990 an sampai tahun 2000 an menunjukkan angka yang sangat fluktuatif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: adanya serangan penyakit baik pada ulat sutera maupun tanaman murbei sebagai pakan.
Usaha yang dapat dilakukan dalam meminimalisir tingkat serangan penyakit pada ulat sutera umumnya dengan mengadakan pembersihan ruang dan peralatan pemeliharaan yang dikenal dengan istilah desinfeksi. Namun selain pelaksanakan desinfeksi ada tindakan lain yang dapat dilakukan yaitu dengan membangun daya tahan tubuh ulat sutera terhadap penyakit.
Membangun daya tahan tubuh ulat sutera terhadap penyakit antara lain dapat dilakukan dengan teknik pengelolaan pakan. Pakan tanaman murbei sebaiknya dikelola mulai dari pertanaman sampai ke pemberian pakan yang berkualitas pada ulat sutera.
Salah satu contoh pengelolaan pada pertanaman murbei yang dapat meningkatkan kualitas nutrisi pakan adalah melalui pemupukan. Pemupukan dapat menggunakan jenis organik maupun anorganik. Pemupukan yang tepat disamping dapat meningkatkan produksi daun juga dapat meningkatkan nutrisi daun sebagai sumber pakan yang secara tidak langsung dapat membangun daya tahan tubuh ulat sutera terhadap serangan
penyakit.
Salah satu hasil penelitian yang mengungkapkan keterkaitan antara pakan dan daya tahan hidup ulat sutera adalah penelitian Chandrakala et al., 2007 beliau mengemukakan bahwa nutrisi makro dan nutrisi mikro adalah faktor utama yang mempengaruhi kelangsungan hidup dan ketahanan ulat sutera terhadap penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung.
Beberapa Jenis Nutrisi Yang Berperan Dalam Membangun Daya Tahan Tubuh Ulat Sutera Antara Lain:
1. Protein. Ulat sutera sangat erat kaitannya dengan protein, karena protein dapat mempengaruhi daya tahan larva ulat sutera terhadap penyakit disamping itu juga dapat mempercepat pertumbuhan kelenjar sutera. Seperti diketahui bahwa nilai jual dari produk budidaya ulat sutera adalah pada kokon atau kandungan serat suteranya.
2. Magnesium. Kandungan magnesium pada pakan dapat memproduksi zat kebal pada ternak.
3. Posfor. Posfor dapat meningkatkan daya hidup ternak yang terinfeksi.
4. Kalium. Kandungan P dan K pada haemolymph ulat sutera membantu mempertahankan pH darah pada tingkat optimal mulai dari 6,2 sampai 6,8%. Pada kondisi pH alkalis, polyhedron virus mudah pecah sehingga menimbulkan serangan penyakit.
5. Air. Salah satu kegunaan air pada ulat sutera adalah untuk transportasi nutrisi dalam tubuh.
Meskipun pengelolaan tanaman murbei seperti penerapan teknik budidaya yang sesuai dengan anjuran diterapkan, namun kandungan nutrisi daun murbei disamping dipengaruhi oleh sifat genetik, juga ditentukan oleh keadaan lingkungan tempat tumbuh demikian pula pada ulat sutera. Untuk itu persyaratan tumbuh dan pemiilihan varietas tetap harus diperhatikan dalam rangka menghasilkan kokon ulat sutera yang memenuhi kualitas dan kuantitas.
Penutup
Secara umum ulat sutera termasuk jenis serangga yang memiliki sistem pertahanan yang disesuaikan dengan kehidupan mereka. Namun harus ditunjang oleh faktor lain seperti pengelolaan pakan. Pemberian pakan yang memenuhi kualitas dan kuantitas dapat mempengaruhi daya tahan tubuh ulat sutera terhadap penyakit dan hal ini lebih mudah diterapkan dibanding manipulasi faktor genetik dan lingkungan.
Mantap Mas