BPSILHK Makassar

Mensejahterakan Masyarakat Sekitar Hutan Dengan Hasil Air

mensejahterakan 2BPK Makassar (Makassar, 10/03/2016)_Balai Penelitian Kehutanan (BPK) Makassar sejak tahun 2005 telah dan sedang melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan terkait dengan upaya mensejahterakan masyarakat disekitar kawasan hutan berbasis sumberdaya lokal yang ada khususnya hasil air sebagai jasa ekosistem hutan. Hal tersebut disampaikan Tim Peneliti BPK Makassar, Ir. Hunggul Yudono S, M.Si dan Ir. M.Kudeng Sallata, M.Sc

Hunggul mengatakan bahwa kegiatan ini utamanya diwujudkan dalam bentuk pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air Mikrohidro (PLTMH) dan instalasi air rumah tangga sebagai insentif untuk menggiatkan partisipasi masyarakat dalam melestarikan fungsi hutan sekaligus upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kegiatan ini telah dilaksanakan diberbagai daerah baik melalui dana DIPA APBN BPK Makassar maupun sumberdana DIPA APBN UPT teknis Kementerian Kehutanan lainnya dan juga dana APBD Propinsi dengan berbagai variasi kegiatan melalui skema kerjasama teknis.

”Mulai tahun 2015, kegiatan serupa dilaksanakan dengan lebih terpadu baik dari sisi substansi kegiatan maupun proses pelaksanaan kegiatan di Kampung Babangeng, Kec. Eremerasa, Kab. Bantaeng sebagai show window Pengelolaan DAS Mikro terpadu berbasis masyarakat,” ungkap Hunggul

”PLTMH tidak hanya digunakan untuk menghasilkan listrik untuk penerangan melainkan juga untuk menggerakkan ekonomi pedesaan,”jelas Hunggul

Kegiatan dimulai dari pemetaan potensi kampung baik potensi biofisik, kependudukan, sosial ekonomi kelembagaan termasuk potensi konflik yang ada di masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan BPK Makassar dengan melibatkan Balang Institute, sebuah LSM lokal di kabupaten Bantaeng. Proses perencanaan, perancangan, implementasi sampai dengan monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara bersama-sama antara BPK Makassar, Balang, dan masyarakat.

Potensi utama yang ada di kampung Babangeng adalah masyarakat sebanyak 15 KK (70 jiwa) yang kehidupan sepenuhnya tergantung pada lahan (kopi, sayuran, jagung dan ganyong), aliran sungai dengan debit minimal (musim kemarau) 20 liter/detik dan terdapat mata air dengan debit 0,8 liter/detik.

”Bisakah potensi tersebut dioptimalkan untuk mencukupi kebutuhan masyarakat? Dengan kegiatan terpadu baik dari substansi dan pelaksanaan, kami dengan yakin menjawab : ”BISA”,”kata Hunggul

”Bisakah 20 lt/detik menghasilkan listrik yang cukup? Melalui IPTEK, kami membuktikan bahwa aliran sungai 20 liter perdetik bisa digunakan untuk membangkitkan listrik 3 KW yang cukup untuk penerangan dan menggerakkan peralatan yang dapat menggerakkan ekonomi pedesaan,”jelas Hunggul

Lebih lanjut Hunggul mengatakan bahwa beberapa peralatan penggerak ekonomi pedesaan dapat dibangun sebagai dampak dari PLTMH yaitu pondok pengering hibrid (tenaga matahari kombinasi dengan tungku listrik), pengolah kopi, pengolah ganyong dan pencacah kompos organik.

Dalam pelaksanannya, penggunaan listrik untuk rumah tangga hanya difokuskan pada malam hari dan siangnya digunakan untuk menghidupkan peralatan. Pengolah kompos bertenaga mikrohidro digunakan untuk mengolah limbah pertanian (limbah jagung, sayuran, kulit kopi, limbah pembersihan lahan, dan kotoran ternak) yang akan digunakan dalam pengembangan pertanian organik yang menghasilkan sayuran, ganyong dan kopi.

Sedangkan dalam pengelolaan lahan ini juga dilakukan pembinaan pengelolaan lahan berbasis tehnik konservasi tanah dan air untuk menjaga kesuburan tanah dan mengendalikan erosi. Pada pelaksanaannya, BPK Makassar dan Balang Institut (LSM Lokal Bantaeng) tidak hanya berhenti sampai pada pendampingan pengolahan lahan, instalasi peralatan dan pengolahan produk, melainkan juga pelatihan dan tehnik pemasaran, mengenalkan calon konsumen.

”Terkait kebutuhan air rumah tangga, sebesar 0,8 liter perdetik untuk memenuhi kebutuhan 15 KK bisa lakukan,”kata Hunggul

Menurut WHO, standard kebutuhan air rumah tangga pedesaaan adalah 60 lt/hari per kapita dan angka ini juga telah diadopsi dalam SNI (60-100 lt/hari).

Menurut Hunggul, dengan jumlah 70 jiwa (orang tua sampai dengan bayi) dan asumsi kebutuhan air 100 liter/kapita/hari (kami naikkan dari standar WHO), maka dibutuhkan 7.000 liter/hari (7m3/hari). Dengan membagi angka tersebut dengan 24 jam dalam satu hari, 60 menit dalam satu jam, dan 60 detik dalam satu menit, maka diperoleh angka 0,08 liter/detik. Debit air sebesar ini setara dengan air yang bisa diisikan ke dalam botol air mineral kemasan 0,6 liter dalam waktu 7.5 detik.

”Angka ini adalah kebutuhan debit minimal yang harus tersedia di lapangan, pengukuran debit air ini dilaksanakan bersama masyarakat,”jelas Hunggul

Hunggul dkk berharap, dengan menerapkan pengelolaan jaringan air dan pola penggunaan yang innovatif, efektif dan efisien (bak penampung, perpipaan dan keran air), air sejumlah itu mencukupi kebutuhan masyarakat. Dengan potensi mata air yang tersedia di kampung sebesar 0,8 liter perdetik, instalasi air rumah tangga yang dibangun menghasilkan air yang melebihi kebutuhan primer. Air yang dialirkan ini juga digunakan untuk kolam ikan, menyiram tanaman, minuman ternak dan lainnya.

Walaupun kegiatan terpadu ini baru berjalan kurang dari 1 tahun, dengan modal dasar potensi fisik kampung khususnya hutan dan hasil air, antusiasme masyarakat, idealisme LSM pendamping dan ketersediaan IPTEK, kami yakin melalui pendampingan, masyarakat akan mampu membangun kehidupannya menuju tingkat kesejahteraan lebih baik.

”Kata kuncinya adalah pemberian fasilitas dan ruang bagi masyarakat untuk belajar memahami potensi yang ada baik fisik, sosial ekonomi dan kelembagaan, manfaat dan resiko, dan bagaimana mengelolanya. Yang tidak kalah penting adalah adanya ”fading out” pendampingan dari berbagai pihak. Pendampingan secara perlahan dikurangi sejalan dengan kemandirian masyarakat. Biarkan teknologi yang kita miliki mangalir ke masyarakat, itulah kerinduan kami,”pungkas Hunggul ***(Sumber : Hunggul dan Kudeng)

Sumber Artikel :

MENSEJAHTERAKAN MASYARAKAT SEKITAR HUTAN DENGAN HASIL AIR

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top