BP2LHK Makassar (01/04/2019)-Dua peneliti Litbang LHK Makassar, Ir. Hunggul YSH Nugroho,M.Si dan Indah Novita Dewi,S.Pi,M.Si menjadi narasumber pada pelatihan peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat mikrohidro di Kendari, 24-27 Maret 2019. Pelatihan ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan Hutan Konservasi bekerjasama dengan BKSDA Sulawesi Tenggara, dalam rangka mendukung upaya pengembangan mikrohidro secara berkelanjutan. Pelatihan dilakukan pada dua lokasi, yang pertama pendidikan kelas dilakukan di Swiss-Belhotel Jl Edi Sabara dan hari berikutnya berupa praktik dilakukan di lokasi Pusat Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di Desa Sumbersari, Kabupaten Konawe Selatan. Prinsip PLTMH adalah mengubah energi air dari hutan menjadi energi listrik yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar hutan di berbagai daerah terpencil di Indonesia. Peserta pelatihan terdiri dari dua kelompok masyarakat yang telah memiliki Izin Pemanfaatan Energi Air (IPEA) dari BKSDA Sulawesi Tenggara. Kedua kelompok tersebut adalah Kelompok Tani Hutan (KTH) Sumbersari, dari Desa Sumbersari, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan; dan KTH Wowonga Jaya, dari Desa Wowonga Jaya, Kecamatan Kulisusu, Kabupaten Buton Utara. Pada tahun 2018, telah dibangun PLTMH baik di Sumbersari maupun Wowonga Jaya, dan telah mengalirkan listrik untuk masyarakat di sana. Selain masyarakat, beberapa staf teknis dari BKSDA juga turut menjadi peserta pelatihan. Tujuan dari pelatihan peningkatan kapasitas kelembagaan masyarakat mikrohidro ini, selain meningkatkan kapasitas kelompok dalam mengelola mikrohidro, juga meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjaga dan melindungi hutan.
Acara pelatihan dibuka oleh sambutan dari Kasubdit Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air, DR.Ir. Widada, MM dan dari Kepala BKSDA Sulawesi Tenggara, Sakrianto Djawie, SP., M.Si. Setelah membuka acara pelatihan secara resmi, Widada menyampaikan materi tentang kebijakan pengelolaan jasa lingkungan air di kawasan konservasi. Materi kedua disampaikan oleh Sakrianto Djawie berjudul pengelolaan kawasan konservasi untuk mendukung keberlanjutan mikrohidro. Pada materi ketiga peserta pelatihan diminta secara aktif menyusun rencana aksi konservasi kelompok masyarakat dengan dipandu oleh staf dari BKSDA Sulawesi Tenggara.
Peneliti Litbang LHK Makassar, Hunggul YSH Nugroho menyampaikan dua materi, yang pertama pengenalan sistem mikrohidro dan pemeliharaannya serta yang kedua materi mikrohidro untuk ekonomi produktif. Sedangkan Indah Novita Dewi menyampaikan materi mengenai struktur organisasi dan manajemen administrasi pengelola mikrohidro. Dalam paparannya Hunggul menjelaskan pentingnya kelompok memelihara peralatan mikrohidro, agar dapat berfungsi optimal dan memiliki umur pakai yang lama.
“Selain memelihara rumah turbin dan alat-alat di dalamnya, pipa, maupun pintu keluar masuk air, masyarakat harus menjaga kelestarian sumber air yang digunakan. Menjaga keberlanjutan sumber air dapat dilakukan dengan menjaga hutan agar terhindar dari illegal logging serta melakukan kegiatan penanaman,” demikian Hunggul menjelaskan.
Lebih lanjut dijelaskan pula mengenai kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi dan upaya perbaikan alat yang dapat dilakukan. Manual pemeliharaan alat juga telah disiapkan dan nantinya kelompok diharapkan meletakkannya pada dinding di rumah turbin, sehingga petugas operasional yang telah ditunjuk dan dilatih, dapat dengan mudah membaca kembali bila diperlukan.
Selain untuk penggunaan rumah tangga, listrik yang dihasilkan oleh tenaga mikrohidro digunakan untuk kegiatan ekonomi produktif di kedua kelompok peserta pelatihan. Kelompok Sumbersari bergerak di bidang pengolahan keripik singkong, pisang, caramel jahe, serta bidang wisata alam berbasis masyarakat. Adapun Kelompok Wowonga Jaya yang anggotanya merupakan masyarakat pesisir, menggunakan listrik dari mikrohidro untuk menyalakan freezer sebagai sarana membuat es batu yang banyak dibutuhkan nelayan untuk mengawetkan ikan. Selain untuk kegiatan perikanan, listrik juga digunakan untuk kegiatan produktif berupa lembaga kursus komputer di Desa Wowonga Jaya.
Pada materi struktur organisasi, Indah menjelaskan bahwa yang terpenting dari struktur organisasi bukanlah bagan atau kelengkapan unsurnya saja, melainkan bagaimana masing-masing unsur tersebut dapan berperan optimal sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
“Kelompok yang kuat adalah kelompok yang dapat melewati berbagai dinamika/perubahan yang terjadi di dalam tubuh kelompok itu sendiri, maupun perubahan terkait aturan atau kebijakan eksternal yang mempengaruhi keberadaan kelompok. Untuk menuju cita-cita menjadi kelompok yang mandiri, sejak awal harus ada pembiasaan pencatatan berbagai kegiatan dalam kelompok. Baik pencatatan keluar masuk uang, pencatatan biodata anggota kelompok dan penggunaan listrik, pencatatan iuran kelompok, pencatatan kegiatan maupun notulen rapat,” demikian Indah menjelaskan.
Pemaparan teori mengenai teknis pemeliharaan alat mikrohidro, usaha ekonomi produktif dan organisasi ini, berlangsung di dalam ruangan kelas. Pada pelatihan hari kedua, peserta diajak praktik langsung pemeliharaan alat mikrohidro yang terletak di areal wisata Moramo, yang masuk dalam kawasan Suaka Margasatwa Tanjung Peropa di Desa Sumbersari. Peserta pelatihan juga melaksanakan praktik pengemasan keripik dengan kemasan yang lebih menarik untuk meningkatkan nilai jual produk. Materi mengenai organisasi juga dipraktikkan langsung oleh peserta dengan menyusun sendiri bagan struktur organisasi dari masing-masing kelompok. Di sini para anggota kelompok bekerjasama saling memberikan masukan untuk menyusun struktur organisasi yang paling tepat sesuai dengan bidang kegiatan yang dilakukan kelompok.
Acara pelatihan ditutup oleh Kasubdit Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air, DR. Ir. Widada, MM, yang mengungkapkan apresiasinya terhadap peserta pelatihan. Widada mengharapkan peserta pulang dengan membawa ilmu dan dapat mempraktikkan ilmu tersebut untuk mewujudkan masyarakat pemanfaat energi air yang mandiri, bertanggungjawab dan berkelanjutan.***IND&HGL