BPSILHK Makassar

Kima Lubang di Taman Nasional Taka Bonerate Perlu diperhatikan Keberadaannya

CinderamataBPK Makassar (Makassar, 06/11/2014)_Kima lubang (Tridacna crocea) adalah salah satu hewan laut yang dilindungi dan memerlukan perhatian dalam keberadaannya. Demikian terungkap dari presentasi ilmiah yang disampaikan oleh peneliti Balai Penelitian Kehutanan Makassar (BPKM), Ir. Merryana Kiding Allo, MSi. Merry menyampaikan informasi ini dalam kegiatan TiMTEng (Thirty Minutes Talking in English) pada hari Kamis (6/11/2014) di ruang Kelompok Peneliti Sosial Ekonomi Kehutanan (Kelti Sosek).

Presentasi dan diskusi yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantarnya mencoba menampilkan dua hal. Yang pertama adalah kegiatan Timteng merupakan media bagi staf BPKMks (peneliti dan non peneliti) untuk mempraktikan dan memperlancar kemampuan berbahasa Inggris mereka, sesuai dengan arahan dan anjuran Kepala Badan Litbang Kehutanan, saat beliau berkunjung ke BPKM. Yang kedua, sesuai dengan topik yang disepakati saat itu, melatih kemampuan presentasi dan diskusi yang sesuai dengan kaidah seminar ilmiah di tingkat internasional. Merry secara volunteer, membagi pengetahuannya tentang Kima Lubang – laporan hasil penelitiannya yang akan dituangkan menjadi draf tulisan di jurnal.

Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui populasi kima lubang ini dilaksanakan di Taman Nasional Taka Bonerate (TNTB), Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2010. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa kepadatan rata-rata Kima Lubang di taman nasional tersebut sekitar 1.361 individu per hektare, dan masuk kedalam kategori berkondisi baik sesuai dengan aturan pemerintah yang ada. Hanya saja, masyarakat sekitar memiliki kebiasaan mengambil dan menyantap kima lubang.

Kima lubang dianggap merupakan santapan tradisional yang memiliki khasiat yang sangat baik bagi kesehatan. Untuk para wanita, kima lubang  ini berkhasiat meningkatkan volume air susu ibu. Bagi para pria, kima lubang berkhasiat sebagai penambah stamina mereka.

Penelitian yang berlokasi di pulau Tinabo, Tarupa dan Rajuni di kawasan TNTB memberikan gambaran bahwa data kepadatan populasi yang diperoleh akan sangat berguna bagi data dasar keberadaan Kima lubang di kawasan TNTB. Data ini akan berkontribusi kepada kebijakan TNTB dalam mengelola hewan-hewan yang dilindungi, seperti kima lubang, terutama terhadap perilaku masyarakat yang kerap mengkonsumsi hewan ini. Dengan kata lain, masyarakat dapat tetap mengkonsumsi kima lubang secara tradisional, ataupun untuk tujuan komersialisasi lainnya, tanpa berdampak negatif terhadap keberadaan hewan-hewan ini di alam. (BUG)***

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top