BPSILHK Makassar

FGD Kajian Peluang Implementasi Imbal Jasa Lingkungan Air di Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung

BP2LHK Makassar (23/11/2018)_Pada hari Kamis, 22 November 2018 tim peneliti Balai Litbang LHK Makassar yang terdiri dari Nur Hayati, SP., MSc., Dr. Abd Kadir, Dr. Indah Novita Dewi dan Zainuddin, S.Hut. telah menyelenggarakan FGD (Focused Group Discussion) mengenai peluang implementasi imbal jasa lingkungan kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung (TN. Babul). FGD atau diskusi kelompok terfokus dilaksanakan di Balai TN. Babul, dihadiri oleh parapihak dari TN. Babul sendiri, Pamsimas, Asosiasi Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi (SPAMS) Pedesaan “Tirta Salewangan” Kepala Desa/Lurah dari 8 (delapan) desa/kelurahan yang wilayahnya memanfaatkan air dari TN. Babul, ketua KPSPAMS (Kelompok Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum dan Sanitasi) dari 8 (delapan) kelompok pemegang IPA (Izin Pemanfaatan Air) serta IPEA (Izin Pemanfaatan Energi Air). FGD ini merupakan salah satu metode pengumpulan data untuk kegiatan penelitian berjudul: “Kajian Peluang Implementasi Imbal Jasa Lingkungan Air di TN. Babul” yang dilaksanakan oleh Tim Sosial Ekonomi Balai Litbang LHK Makassar dengan Ibu Nur Hayati sebagai pelaksana utama. Maksud diselenggarakannya FGD adalah untuk menggali informasi mengenai pengelolaan jasa lingkungan air yang telah dilakukan oleh TN. Babul; menggali informasi tentang peran Pamsimas dalam fasilitasi dan pendampingan kelompok pembina air; serta menggali informasi tentang strategi yang dapat dilakukan oleh stakeholder terkait agar mekanisme imbal jasa lingkungan air dapat diterapkan di TN. Babul.

FGD terbagi menjadi dua sesi, sesi yang pertama adalah pemaparan materi dari 3 (tiga) instansi. Pemaparan dari Balai Litbang LHK Makassar disampaikan oleh ibu Nur Hayati berisi uraian mengenai potensi jasa lingkungan di TN Babul. Dijelaskan pula mengenai pentingnya keberadaan hutan untuk mengurangi erosi dan pentingnya implementasi imbal jasa lingkungan untuk menjamin kelestarian hutan di wilayah hulu. Materi dari TN. Babul disampaikan oleh Bapak Ir. Yusak Mangetan, MAP, kepala Balai TN. Babul. Beliau menjelaskan mengenai potensi TN. Babul dengan 63 sumber air di dalamnya. Disampaikan pula konsep imbal jasa lingkungan yang telah dilaksanakan di daerah lain disertai dengan keyakinan bahwa di TN. Babul pun, hal ini akan dapat berjalan dengan baik. Berikutnya materi dari pihak Pamsimas (Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat), disampaikan oleh Bapak Nurcholish, ST., koordinator Pamsimas.  Beliau menjelaskan bahwa kegiatan yang dilaksanakan oleh Pamsimas tidak lepas dari kegiatan perlindungan DTA (Daerah Tangkapan Air) sehingga ke depan sangat terbuka peluang untuk berkolaborasi dengan Balai TN. Babul dalam mendukung kelompok pemanfaat air untuk melakukan kegiatan penanaman di wilayah hulu. Tujuan pemaparan tiga materi dari tiga instansi ini adalah memberikan gambaran pada peserta FGD mengenai pentingnya implementasi imbal jasa lingkungan untuk kelestarian sumber mata air di daerah hulu.

Sesi kedua yaitu sesi diskusi diawali oleh testimoni dari Lurah Kelurahan Leang-Leang, Bapak  Drs. Burhan Baso, mengenai konsep imbal jasa lingkungan yang sudah diterapkan oleh kelompok “Tammatawang”. Anggota kelompok pemanfaat air “Tammatawang” sudah rutin membayar iuran air dan bersedia menyisihkan sebagian dari iuran tersebut untuk dana imbal jasa lingkungan. Testimoni dari pak Burhan Baso ini mengawali diskusi yang seru dipandu oleh tim dari Balai Litbang LHK Makassar. Dari diskusi diperoleh data berupa berbagai permasalahan pengelolaan air secara umum dan kendala implementasi imbal jasa lingkungan. Selain itu juga didapatkan data mengenai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman implementasi imbal jasa lingkungan air. Secara bersama-sama para peserta FGD juga serius merumuskan berbagai alternatif solusi (strategi) agar imbal jasa lingkungan dapat dilaksanakan di TN. Babul. Dalam kesempatan kegiatan FGD ini pula, pihak Balai TN. Babul menyerahkan kenang-kenangan berupa buku berjudul “Eksplorasi Literasi Bantimurung Bulusaraung 1745-1942”.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top