BPSILHK Makassar

Budidaya Gaharu dan Teknik Inokulasinya

Gaharu adalah sebuah produk yang berbentuk gumpalan padat berwarna coklat kehitaman sampai hitam dan berbau harum yang terdapat pada bagian kayu atau akar tanaman pohon inang (misalnya: Aquilaria sp., Gyrinops sp. dll) yang telah mengalami proses perubahan fisika dan kimia akibat terinfeksi oleh sejenis jamur. Oleh sebab itu tidak semua pohon penghasil gaharu mengandung gaharu.

Dari sisi manfaat, gaharu sejak zaman dahulu kala sudah digunakan, baik oleh kalangan elit kerajaan, maupun masyarakat suku pedalaman di Sumatera dan Kalimantan. Gaharu dengan demikian mempunyai nilai sosial, budaya, dan ekonomi yang cukup tinggi. Secara tradisional gaharu dimanfaatkan antara lain dalam bentuk pengharum tubuh dan ruangan, bahan kosmetik dan obat-obatan sederhana. Saat ini pemanfaatan gaharu telah berkembang demikian meluas antara lain untuk parfum, aroma terapi, sabun, body lotion, bahan obat-obatan yang memiliki khasiat sebagai anti asmatik, anti mikrobia, dan stimulan kerja syaraf dan pencernaan.

Meningkatnya perdagangan gaharu sejak tiga dasawarsa terakhir ini telah menimbulkan kelangkaan produksi gubal gaharu dari alam. Besarnya permintaan pasar, harga jual yang tinggi, dan pola pemanenan yang berlebihan serta perdagangan yang masih mengandalkan pada alam tersebut, maka jenis-jenis tertentu misalnya Aquilaria dan Gyrinops saat ini sudah tergolong langka, dan masuk dalam lampiran Convention on International Trade on Endangered Spcies of Flora and Fauana (Appendix II CITES)

Guna menghindari agar tumbuhan jenis gaharu di alam tidak punah dan pemanfaatannya dapat lestari maka perlu diupayakan untuk konservasi, baik in-situ (dalam habitat) maupun ek-situ (di luar habitat) dan budidaya pohon penghasil gaharu. Namun upaya tersebut tidak mudah dilaksanakan, dan kalaupun ada usaha konservasi dan budidaya namun skalanya terbatas dan hanya dilakukan oleh lembaga penelitian, perguruan tinggi, dan LSM konservasi. Sementara masyarakat secara luas enggan untuk melakukan budidaya pohon penghasil gaharu karena memang tidak memberikan keuntungan apa-apa.

Prospek untuk mengembalikan gaharu menjadi komoditi andalan kembali terbuka dengan ditemukannya teknologi rekayasa produksi gaharu. Dengan teknologi inokulasi maka produksi gaharu dapat direncanakan dan dipercepat melalui induksi jamur pembentuk gaharu pada pohon penghasil gaharu. Peningkatan produksi gaharu dimaksud (yang kegiatannya terdiri dari kegiatan di bagian hulu sampai hilir) selanjutnya akan berdampak pada peningkatan penerimaan oleh masyarakat petani, pengusaha gaharu, dan penerimaan pendapatan asli daerah serta devisa negara.

Gaharu yang diperdagangkan di Indonesia terdiri dari tiga jenis, yaitu: gaharu dari Sumatera dan Kalimantan dengan jenis Aquilaria malaccensis dan A. microcarpa, gaharu dari Papua, Sulawesi dan Maluku lebih dikenal dengan nama Aquilaria filaria, sedangkan jenis gaharu Gyrinops lebih banyak diproduksi dari Nusa Tenggara. Apabila diperhatikan maka perdagangan gaharu hasil alam di Indonesia dari dulu hingga saat ini lebih banyak bertumpu pada peyebaran secara ekologis jenis-jenis gaharu tersebut

Inokulan yang diproduksi oleh Badan Litbang Kehutanan (Pusat Litbang Konservasi dan Rehabilitasi) berbentuk cairan dari jamur (fusarium spp.) dan bisa dipesan untuk kelompok tani gaharu melalui pendampingan dari petugas yang ditunjuk.

Forda melakukan riset pertama tentang bioinduksi sejak tahun 1984 (Jamur dan Serbuk Gergaji), Teknologi generasi I telah diperharui dan digantikan dengan generasi II, kedua (2004) inokulan berupa jamur dan nutrisi cair :
Kelebihannya :
– lubang bor kecil
– Tidak perlu ditutup
– Tidak masuk air
– Tidak ada pembusukan
– Efektif dan efesien
– hasil insya Allah 100 %
Cara Inokulasi
Peralatan yang perlu disiapkan :

Sebelum penyuntikan inokulan diblender terlebih dahulu
Cara blender :


Inokulan berisi : benang jamur yang menggumpal
Benang jamur perlu dipotong-potong oleh blender
Agar dalam proses penyuntikan tidak macet
Setelah diblender : masukkan dalam gelas
Inokulan siap disuntikkan dan dihabiskan hari itu juga
Blender harus dicuci : bila ada > 2 jenis jamur

Syarat inokulasi :
– Pohon penghasil gaharu
– Pohon harus sehat
– Diameter > 15 cm
– Berbunga atau berbuah
– Jamur yang direkomendasi
– Jamur yang masih hidup
– Penyuntikan : tidak hujan

Mata bor : 3 mm
Jumlah inokulan : 0,5 – 1 ml
Arah : Tegak lurus
Lubang tidak ditutup

Hasil Penelitian di beberapa daerah :

Sumber : Puskonser Badan Litbang Kehutanan

6 thoughts on “Budidaya Gaharu dan Teknik Inokulasinya”

  1. Saya seorang mikrobiologi, 1. bagaimana caranya saya mendapatkan Stren Fusarium Spp. yang murni, sebab setiap saya isolasi sendiri menggunakan SGA atau SDA di Aceh tengah dan aceh besar selalu terkontaminasi bakteri lendir mengganggu isolasi saya, 2. apakah isolat tunggal dapat hidup dengan baik, 3. apakah mereka bekerja secara sinergestik dengan mikroba(suspensi campuran jamur dan mikroba lebih cepat)

  2. Saya punya pohon gaharu sekitar 500< pohon umur sudah sekitar 7thn bibitnya d berikan dinas kehutanan kab.polewali mandar namun sampai saat ini belum ada tindakan inokulasi.
    Cara ap yang harus saya lakukan?apa menunggu tindakan dinas terkait atau mencari pembeli sendiri? Terima kasih

  3. salam. apa Balai Penelitian kehutanan Mks jg melayani pemesanan bibit aquilaria gyrinops? n brp harganya per pohon .

  4. sy pnya batang gaharu umurnya 7thn. tapi bingung gimana caranya unt nyuntiknya mohon berikan solusi dari pekanbaru tks.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top