BPSILHK Makassar

Bersinggungan Tidak Mesti Harus Dendam, Maafkanlah…!

Pada hari Senin, 3 September  2012 di ruang rapat, para pegawai bertemu bersama dalam acara silaturrahim untuk saling memaafkan.

Setelah setahun lamanya saling berinteraksi dari ramadhan tahun lalu, kadang-kadang ada kerlingan mata tajam, bisikan kata-kata sinis yang membuat hati kita risih untuk mendengarkannya, namun itu adalah sebuah dosa yang tanpa kita sadari meskipun kecil menurut pandangan kita tapi kalau keseringan akhirnya akan menjadi banyak dan bertumpuk sehingga akan menjadi salah satu penghalang dalam mendapatkan rahmat Allah subhana wata’ala, kata Suharnawan selaku moderator dalam acara silaturrohim antar pegawai BPK Makassar.

Kabalai dalam pengantarnya menuturkan, hubungan sesama manusia itu akan cair atau baik jika kita  saling memaafkan, maka pada kesempatan inilah momen yang kita manfaatkan untuk saling memaafkan.

Acara inti diisi taushiah oleh Ustadz Drs. Sulaeman Gausalam, M.Si, yang juga berprofesi sebagai dosen fakultas ilmu kelautan dan Perikanan Unhas, dalam ceramahnya beliau menyampaikan;

Pengertian silaturrahim, bahwa silah itu menyambung atau menghubungkan, rahim adalah kasih sayang (hubungan kerabat) dan sesungguhnya kita semua berasal dari rahim ibu yang merupakan bentuk kasih sayang dari Allah Ta’ala yang dititipkan melalui janin hingga berkembang menjadi besar sampai kita terlahir kedunia ini. Hubungan silaturrohim tidak dibatasi oleh waktu dan tempat, kapanpun dan dimanapun.

Bulan ramadhan telah kita jalani dan pada bulan itu kita lebih fokus hubungan vertikal kepada Allah Subhana Wata’ala (hablumminallah) yakni kita berpuasa karena perintah Allah walaupun disitu ada zakat yang berdimensi sosial tapi ibadah-ibadah yang ditegakkan pada bulan tersebut porsi terbanyak menekankan hubungan kepada Allah Ta’ala tapi disini kita juga tidak boleh melupakan hubungan sesama manusia (hablumminannas)sebagaimana yang kita jabarkan dalam silaturrohim ini.

Bulan puasa yang lalu kita sering berdoa :

 Allahumma Innaka Afuwwun tuhibbul Afwa faffuannii

artinya : Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Engkau mencintai permintaan maaf, maka maafkanlah kami 

jadi kalau kita mau dimaafkan oleh Allah hendaknya kita menjadi orang yang pemaaf jangan sampai kita minta maafNya Allah Subhana Wata’ala  tapi kita tidak pernah mau memaafkan manusia.

kenapa yang diperintahkan oleh Al-qur’an itu adalah memberi maaf karena kalau meminta maaf gampang tapi bagaimana memaafkan orang lain itulah yang susah dan perlu diupayakan, dalam surat Ali Imron Allah Subhana Wata’ala menyatakan orang muhsin itu adalah orang yang senantiasa menahan amarahnya dan memaafkan manusia

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS: Ali Imran 134)

yang perlu diingat disini bukan sekedar lambang permohonan maaf melalui jabat tangan yang diinginkan atau bertemu dengan ucapan tapi lebih bagaimana bathin yang ada dalam hati ini ikhlas dan tulus untuk memaafkan. Walaupun dia berjabat tangan tapi hatinya tetap mendongkol itupun dosanya belum luruh.

Sesungguhnya silaturahim begitu juga saling memafkan waktunya bukan  hanya ditunggu sesudah lebaran tapi begitu kita sadar telah berbuat salah kita langsung mohon maaf atau memaafkan orang yang bersalah kepada kita.

Setiap bani Adam melakukan kesalahan dan sebaik-baiknya yang salah adalah yang bertaubat  (HR. At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad. Hadits ini dihasankan Al-Albani dalam Shahih Al-Jaami’ Al-Shoghir, no. 4391).

Kita berdoa kepada Allah semoga nilai-nilai ramadhon yang kita dapat sebulan itu dapat terefleksi keluar selama 11 bulan di luar ramadhan, sampai bertemu ramadhan berikutnya, mudah-mudahan takwa yang kita raih itu betul-betul melekat pada diri kita, inilah sebetulnya buah yang kita harapkan.

Keberhasilan ramadhan bukan hanya dilihat ketika memasuki bulan ramadhan tapi lebih dilihat ketika bulan ramadhan telah berlalu, sama halnya ibadah haji yang kita kerjakan, bukan hanya dilihat ketika kita berada di kota suci Mekkah atau Madinah, karena disana orang sudah terkondisikan untuk taat, begitu pula bulan ramadhan iklimnya kondusif untuk beramal, namun setelah selesai ramadhan atau haji itulah akan dinilai keberhasilannya. Apakah dengan selesainya dari ibadah tersebut seseorang makin bertakwa dalam melaksanakan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.

Hal lain yang bisa dicontohkan seperti seorang mahasiswa, keberhasilan kesarjanaannnya bukan hanya dilihat ketika di kampus tapi lebih dilihat setelah selesai dari kampus, dia terjun ketengah masyarakat apakah bisa mengamalkan ilmunya.

Taqabbalallahu minna wa minkum

Artinya : semoga Allah menerima amalan kami dan amalan kallian

kita berdoa semoga amal kita diterima oleh Allah Subhana Wata’ala karena tidak ada jaminan amal kita diterima, bisa karena kurang ikhlas atau kurang sempurna dan begitu juga untuk saudara kita yang lain kita doakan supaya amalnya selama bulan ramadhan diterima pula.

Mari kita saling nasehat menasehati dengan kebenaran, saling berpesan dengan kesabaran dan saling nasehat menasehati di dalam kasih sayang. Demikian pesan ustadz yang berdarah Tiongha ini menutup ceramahnya.

Subhanakallahumma wabihamdika, asyhaduallaa ilaaha illa anta astagffiruka wa atuubu ilaika

1 thought on “Bersinggungan Tidak Mesti Harus Dendam, Maafkanlah…!”

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top