BPSILHK Makassar

KHDTK

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) pada Balai Litbang LHK Makassar

Sejak tahun 1994 Balai Penelitian Kehutanan Makassar mempunyai 3 Stasiun Penelitian Uji Coba (SPUC) yaitu SPUC Malili, Kabupaten Luwu Timur dengan luas 737,7 ha, SPUC Mengkendek Kabupaten Tana Toraja dengan luas 100 ha dan SPUC Borisallo Kabupaten Gowa dengan luas 180 ha. Ke 3 SPUC tersebut ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 275/Kpts -1/1994 tanggal 28 Juni 1994, tentang penunjukan beberapa lokasi kawasan hutan di Propinsi Sulawesi Selatan untuk Stasiun Uji Coba/ Wanariset.
Selama kurun waktu 10 tahun (1994-2004), kegiatan penelitian di tiga lokasi tersebut masih terbatas sehingga pemanfaatannya sangat kurang. Ada beberapa masalah yang ditemui antara lain; status areal yang belum sepenuhnya dikelola secara mandiri oleh Balai Litbang LHK Makassar, anggaran terbatas, SDM belum mamadai dan belum dilakukan penataan secara baik serta organisasi pengelola yang belum terstuktur dengan baik. Untuk meningkatkan pemanfaatan KHDTK tersebut, Balai Litbang LHK Makassar telah mengusahakan peningkatan status dari SPUC menjadi KHDTK (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus) melalui Surat Keputusan No. SK 367/Menhut-II/2004. Tanggal 5 Oktober 2004. Dengan SK No. 166/Kpts /VIII/2004, tanggal 30 Desember 2004, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan telah menetapkan rencana induk pengelolaan KHDTK lingkup Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Agar rencana induk pengelolaan KHDTK tersebut dapat disusun dengan baik, maka dipandang perlu adanya penataan areal, sehingga fungsi KHDTK dapat dimaksimalkan.
Guna keperluan tersebut, maka pada tahun anggaran 2011 Balai Penelitian Kehutanan Makassar dimandatkan untuk melakukan sertifikasi pada KHDTK Malili paling lambat 2014 dan pembuatan Kebun Benih. Agar Balai Penelitian Kehutanan Makassar dapat berfungsi sebagai sumber dan penyedia utama ilmu pengetahuan dan teknologi bagi pembangunan Kehutanan di wilayah kerja, diperlukan sarana penelitian dan pengembangan berupa KHDTK, dengan demikian Balai Litbang LHK Makassar dapat menjadi lembaga penyedia Informasi dan pelayanan yang prima.
Balai Penelitian Kehutanan Makassar didukung oleh beberapa fasilitas penting antara lain laboratorium silvikultur, sosial forestry, teknologi hasil hutan dan konservasi sumber daya hutan alam serta 3 (tiga) Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus yang masing-masing mawakili ekosistem hutan dataran rendah dan kering untuk KHDTK Malili dan Borisallo serta ekosistem hujan tropika basah untuk KHDTK Mengkendek.

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Borisallo

Kondisi Aktual KHDTK

  1. Lokasi

    Lokasi KHDTK Borisallo kelurahan Bonto Parang berada di Kecamatan ParangLoe, Kabupaten Gowa berjarak 35 km dari kota Makassar. Lokasi ini dapat juga dijangkau melalui darat kurang lebih 500 m dari jalan poros Sungguminasa-Malino.

  2. Kondisi Biofisik
    1. Tutupan Lahan dan Vegetasi

      KHDTK Borisallo saat ini sebagian telah ditanami Eucalyptus deglupta yang cukup rapat dan telah berumur diatas 20 tahun dan beberapa jenis tanaman kehutanan lainnya yaitu Gmelina (Gmelina arborea) dan akasia (Acacia mangium). Tanaman  lain  yang sudah ditanam didalam areal KHDTK seperti Mahoni, Eboni yang telah berumur 3 tahun s/d 10 tahun. Diantara tanaman pokok kehutanan tersebut, juga terdapat beberapa jenis tanaman sela/ tanaman bawah seperti kakao, kopi dan pisang.

    2. Geologi, Topografi dan Tanah

      KHDTK Borisallo termasuk dalam satuan geologi formasi Lompobattang dengan komposisi batuan induk terdiri atas, breksi vulkanik, fragmen breksi batuan beku diorite berukuran kecil sampai bongkah yang terbesar banyak dilokasi  KHDTK Borisallo.

      Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut ketinggian 50-125 m. Keadaan topografi dilokasi ini berkisar antara berombak sampai berbukit. Satuan topografi bergelombang dengan kemiringan lereng 8-15 % mencakup 79,65 ha ( 64,79 %), sedangkan satuan topografi berbukit dengan kemiringan lereng 15 – 30 % mempunyai luas 43,29 ha ( 35,21 %)

    3. Iklim dan Curah Hujan

      Seperti halnya yang berlaku di daerah-daerah lain di Indonesia, keadaan iklim di lokasi KHDTK Borisallo dipengaruhi sangat kuat oleh siklus tahunan pergantian arah angin secara musiman, yaitu musim angin barat dan musim angin timur. Apabila ditinjau berdasarkan sistem klasifikasi iklim Koppen maka tipe iklim KHDTK Borisallo dapat dimasukkan ke dalam tipe iklim Aw (iklim hutan hujan tropis). Hal ini mengingat suhu udara rata-rata bulanan >18°C dan dalam setahun terdapat lebih dari satu bulan dengan curah hujan rata-rata bulanan <60 mm, yaitu pada bulan Agustus dan September  hanya sebesar 14 mm dan 45 mm.

      Dengan dua bulan kering dan sembilan bulan basah (curah hujan rata-rata bulanan>100 mm) maka nilai Q terhitung adalah 0,22. Oleh karena itu, menurut klasifikasi Iklim Schmidt dan Fergusson KHDTK Borisallo termasuk ke dalam tipe iklim B (iklim basah).

      Jika sistem zona agroklimat Oldeman diterapkan, maka KHDTK Borisallo termasuk ke dalam zona agroklimat C3. Hal ini mengingat daerah yang bersangkutan mengalami bulan basah dengan curah hujan > 200 mm selama 6 bulan berturut–turut (November s/d April)  dan mengalami bulan kering dengan curah hujan <100 mm selama 3 bulan berturut–turut ( Juli s/d September).

      Selain dapat melihat korelasi positif antara jumlah hari hujan dan jumlah curah hujan bulanan, juga nampak bahwa bulan terkering dijumpai pada bulan Agustus (dengan curah hujan 14 mm), sementara bulan terbasah dengan curah hujan 943 mm terjadi pada bulan Januari.

  3. Kondisi Sosial Ekonomi

    KHDTK Borisallo pada mulanya berada didalam areal HTI Gowa-Maros pada  petak 62, 63 dan 64. pembangunan Dam Bili-bili berdampak kepada meningkatnya tekanan masyarakat desa Lanna dan masyarakat kelurahan Bontoparang yang merambah ke areal KHDTK Borisallo, perambahan tersebut menyebabkan arael KHDTK yang seluas 180 ha (sesuai SK Menteri Kehutanan No 275/Kpts – II/1994) berkurang menjadi 133,5 (hasil pengukuran tahun 1999) selanjutnya hasil pemetaan partisipatif yang dipasilitasi oleh BP2KS dengan bantuan LSM setempat pada tahun 2004 , menunjukkan bahwa luas KHDTK Borisallo adalah 122,94 ha. Areal KHDTK telah dikuasai oleh 83 KK yang terhimpun dalam 4 kelompok tani hutan ( KTH ) .dan 233 unit pengelolaan keluarga dalam areal KHDTK Borisallo ( Kapling ) dengan sebaran masing-masing KTH , KTH Bonto parang  47 kapling, seluas 26,13 ha, KTH  Bontoala sebanyak 47 kapling dengan luas 9,16 ha, KTH Batu sempoa sebanyak 70 kapling dengan luas 38,34 ha dan KTH Pu’rombo sebanyak 69 kapling dengan luas 49,31 ha. Sosial ekonomi masyarakat sekitar KHDTK Bili-bili, lokasi dalam areal KHDTK mempunyai tegakan kerapatan jarang yang ditumpangsari oleh masyarakat dengan berbagai jenis tanaman antara lain kopi, coklat, jambu mete, pisang, nenas, dll.

  4. Kelembagaan Masyarakat

    Kelembagaan masyarakat yang menonjol di KHDTK Borisallo adalah kelembagaan kelompok Tani Hutan (KTH). Jumlah kelompok Tani hutan ini yang ada saat ini berjumlah empat kelompok dan kelompok Tani Hutan ini sudah dikenal sejak PT.Inhutani membangun hutan tanaman dilokasi areal KHDTK Borisallo melalui program Inakaraeng sekitar tahun 1995,namun demikian struktur kelembagaan Inakaraeng berbeda dengan struktur kelembagaan kelompok tani hutan  yang ada sekarang. Kelembagaan kelompok tani hutan tersentralisasi pada pengelolaan kelompok lahan didalam KHDTK sebagai satu unit pengelolaan jangka panjang oleh kelompok masyarakat yang berdasarkan sejarah telah menguasai lahan tersebut secara turun temurung. Kelembagaan penguasaan lahan di KHDTK secara turun temurun sangat kuat, meskipun administrasi kehutanan mencatat wilayah KHDTK yang dikuasai masyarakat adalah kawasan hutan produksi.

    Dengan kondisi areal KHDTK yang sebagian sudah dikelola masyarakat, maka aspek pemberdayaan masyarakat perlu mendapat perhatian khusus dari Balai Penelitian Kehutanan Makassar sebagai pengelola KHDTK. Penguatan kelembagaan masyarakat setempat sangat penting untuk menjamin kelanjutan pengelolaan dan pengamanan.

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Malili

Kondisi Aktual KHDTK

  1. Lokasi

    Lokasi KHDTK Malili berada di Kecamatan Malili, Kabupaten Luwu Timur. Berjarak kurang lebih 560 km arah Utara Kota Makassar. Lokasi KHDTK ini dapat dicapai langsung dari jalan raya propinsi jalur Makassar-Malili dan dapat juga dicapai dengan transportasi udara melalui Bandar Udara Soroako (PT. INCO) yang berjarak 60 km dari Kota Malili.

  2. Kondisi Biofisik
    1. Tutupan Lahan dan Vegetasi

      KHDTK Malili mempunyai Tutupan lahan didominasi oleh hutan rapat dengan beberapa tempat terutama di bagian Utara Timur dan bagian Barat ditutupi oleh hutan sekunder. Pada bagian Timur penutupan lahannya relatif lebih terbuka. Saat ini di daerah tersebut terdapat fasilitas perkantoran dan asrama Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan (Brigdalhut) Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sulawesi Selatan II. Tutupan hutan yang sama juga ditemukan pada bagian Selatan dan Barat. Tutupan ini berupa spot dan merupakan bukaan areal perladangan.

    2. Geologi, Topografi dan Tanah

      KHDTK malili termasuk kedalam mendala Sulawesi Timur. Batuan induk dari formasi geologi merupakan intrusi batuan ultrabasa dunit. Komposisi mineral dari permukaan laut didominasi oleh mineral olivine, dengan sebagian kecil kandungan mineral piroksin dan serpentin. KHDTK Malili berada pada ketinggian antara 50 – 307 m diatas permukaan laut. Rupa umum topografi berombak sampai bergunung. Topografi tersebut dapat dibagi menjadi tiga satuan topografi utama, yaitu satuan topografi berombak dengan kemiringan lereng lebih kecil dari 5 %, bergelombang dengan kemiringan lereng 5 – 15 %, topografi berbukit dengan kemiringan lereng 15 – 30 % serta topografi bergunung dengan kemiringan lereng lebih dari 30%.

    3. Flora dan Fauna

      Daerah KHDTK Malili berada pada ketinggian antara 50 sampai 307 meter di atas permukaan laut. Topografi berombak sampai bergunung. Dibagi menjadi tiga satuan topografi utama, yaitu: satuan topografi berombak dengan kemiringan 3 – 8%, dengan luasan ± 149 ha (20,2%), satuan topografi bergelombang dengan kemiringan 8 – 15%, luasan ± 271,50 ha (36,8%), dan satuan topografi bergunung dengan kemiringan lebih dari 39%, luasan 317 ha (43,0%).

      Keadaan kawasan hutan bagian selatan cenderung terbuka, banyak ditumbuhi semak belukar serta tumbuhan menjalar, hal ini dapat diinterprestasikan kemungkinan adanya gangguan oleh masyarakat, utamanya di pal batas no. B 103. Pada bagian yang lebih ke utara yaitu sekitar pal batas no. B 92 keadaanya sangat berbeda. Di sini telah terjadi perambahan hutan pada bagian tepi hutan selebar 260 m ke arah dalam. Pada kawasan selatan ini jenis-jenis pohon yang dijumpai adalah anjurung, cemara gunung, damar mata kucing, jambu-jambu, tapi-tapi, pulonangka, nato dll.

      Untuk kawasan hutan bagian tengah, dijumpai adanya bentuk gangguan yang dilakukan oleh penduduk, yaitu penebangan pohon besar. Jenis-jenis pohon yang ditebang meliputi jenis damar mata kucing, anjurung, dan tapi-tapi. Untuk kawasan tengah KHDTK Malili masih cukup beragam keberadaan jenis tumbuhannya. Di kawasan ini dijumpai 11 jenis tingkat pohon, 17 jenis tingkat tiang, 19 jenis tingkat sapihan dan 14 jenis tingkat semai.

      walaupun dijumpai adanya tebangan liar yang mencakup jenis pulonangka, bintangur dan damar mata kucing. Jenis pohon relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kawasan tengah. Untuk tingkat pohon hanya ada 4 jenis, tingkat tiang ada 15 jenis, sapihan 17 jenis dan tingkat semai 18 jenis.

      Sampai saat ini jenis pohon yang telah berhasil diidentifikasi sebanyak 65 jenis dari 31 famili. Disamping jenis pohon, di KHDTK Malili juga terdapat flora bukan pohon seperti rotan, bambu, palem, herba, perdu, liana dan anggrek. Jenis rotan penting yang terdapat di KHDTK Malili adalah rotan batang. Bambu yang khas adalah jenis bambu merambat. Anggrek yang banyak dijumpai adalah anggrek tanah.  Disamping itu, di KHDTK Malili juga ditemukan tumbuhan unik dan langka Kantong Semar (Nepenthes sp.).

    4. Iklim dan Curah Hujan

      Iklim di wilayah KHDTK Malili dipengaruhi oleh siklus tahunan pergantian arah angin secara musiman yaitu musim angin barat dan musim angin timur. Curah hujan rata-rata bulanan tidak pernah kurang dari 60 mm. Menurut klasifikasi Schemidt dan Fergusson KHDTK Malili merupakan termasuk dalam tipe A atau tipe iklim basah karena hujan turun sepanjang tahun. Curah hujan terendah terjadi pada bulan Oktober ( 160 mm) dan curah hujan bulanan tertinggi terjadi pada bulan April ( 458 mm). Suhu rata-rata bulanan 26,800 c, suhu udara minimum 25,920 c pada bulan juli dan suhu udara maksimum 27,250 c pada bulan Desember. Kecepatan angin rata-rata bulanan 44,53 km/jam dengan kecepatan angin minimum 52,96 Km/jam pada bulan Januari. Kelembaban udara rata-rata tahunan 75,12 dengan kelembaban udara maksimum 82,69 pada bulan Mei dan minimum pada bulan Januari

  3. Kondisi Sosial Ekonomi

    Lokasi KHDTK Malili memiliki kondisi biofisik tanah yang kurang subur, namun dari segi posisi wilayah sejak dilakukannya pemekaran wilayah Kecamatan Malili menjadi Kabupaten Luwu Timur, maka posisi lokasi KHDTK sangat strategis karena berbatasan langsung dengan areal perkantoran, terminal bus antar kota, areal pelabuhan PT. INCO dan industri pengolahan kayu serta berbatasan langsung dengan pusat pemukiman penduduk Desa Barugae dan Desa Puncak Indah. Disamping itu aksesibilitas jalan di sekitar areal KHDTK sudah dibuat untuk perkembangan kota dan pemukiman penduduk. Letak strategis KHDTK Malili tersebut menyebabkan nilai lahan di sekitar KHDTK sangat melonjak terutama lokasi yang mempunyai akses jalan. Kondisi ini menyebabkan tekanan perambahan terhadap KHDTK untuk areal pemukiman sangat tinggi.

  4. Kelembagaan Masyarakat

    Tingginya kesadaran Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu Timur terhadap pelestarian lingkungan dibuktikan dengan pembangunan hutan kota. Lokasi KHDTK Malili yang terletak di Desa Puncak Indah dan berada pada tepi jalan provinsi menjadi sangat strategis untuk dikelola secara kemitraan. Dinas Kehutanan Kabupaten Luwu Timur secara proaktif memberikan dukungan pengamanan terhadap lokasi KHDTK. Hal ini dilakukan melalui tindak lanjut terhadap laporan aparat desa atau masyarakat sekitar terhadap pelaku pencurian kayu (illegal logging) dan perambahan hutan.

    Potensi kelembagaan yang tidak tertulis ini merupakan potensi yang perlu dikembangkan melalui pembentukan kerja sama kelembagaan yang saling menguntungkan dan saling mengikat melalui penetapan Perda atau keputusan kerja sama pengelolaan KHDTK antara pihak pengelola KHDTK dengan Pemda Kabupaten Luwu Timur dan staf desa yang arealnya masuk wilayah KHDTK Malili.

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Mengkendek

Kondisi Aktual KHDTK

  1. Lokasi

    Lokasi KHDTK Mengkendek Kelurahan Rante Kalua Kecamatan Mengkendek Kabupaten Tana Toraja. Lokasi ini berjarak 308 km dari kota Makassar atau 12 km dari kota Makale. Lokasi ini dapat juga di lalui dengan pesawat Udara di Kabupaten Tana Toraja.

  2. Kondisi Biofisik
    1. Tutupan Lahan dan Vegetasi

      KHDTK Mengkendek terletak di Wilayah Kabupaten Tana Toraja, dengan luas 100 ha merupakan areal reboisasi dengan jenis pohon Pinus merkusii. Bila ditinjau dari segi keadaan umum kawasan ini ternyata dibeberapa bagian merupakan padang rumput sebagai tempat pengembalaan kerbau. Pada sisi lain tidak adanya pohon pohon tersebut karena sering ada kegiatan penebangan liar(Illegal Logging) oleh penduduk sekitar. Adapun penelitian yang sudah dilaksanakan seperti pengembangan tanaman berbagai jenis bambu asal sulawesi dan kegiatan penelitian agroforestry.

    2. Geologi, Topografi dan Tanah

      KHDTK Mengkendek terletak pada kisaran ketinggan 1000 – 1200 m dari permukaan laut. Konfigurasi lapangan bergelombang dan dengan merupakan bagian dari plato Tana Toraja serta puncak dari perbukitan yang ada didaerah ini.

      Secara keseluruhan wilayah KHDTK Mengkendek terdiri atas topografi bergelombang dengan kemiringan lereng 8 -15 % seluas 18,16 ha ( 15,36 % ), kemiringan lereng 15 – 30 % dengan luas 49,64 ha ( 41,97 % ) dan satuan topografi bergunung dengan kemiringan lereng 30 – 50 % dengan luasan 50,47 ha ( 42,67 % )

    3. Iklim dan Curah Hujan

      Menurut klasifikasi iklim Koppen, daerah KHDTK Mengkendek mempunyai tipe iklim Af ( iklim hutan hujan tropis ). Suhu rata-rata bulanan tercatat 180 C dan curah hujan rata-rata bulanan selama setahun tidak ada yang mencapai 60 mm dengan demikian nilai nisbih antara jumlah bulan basah (curah hujan 100 mm) dan jumlah bulan kering (curah hujan 60 mm) adalah nol, sehingga iklim di KHDTK Mengkendek adalah tipe A (iklim basah). Suhu udara rata-rata bulanan adalah 20.90C dengan suhu udara maksimum 21,60 C yang terjadi pada bulan Desember, sementara suhu udara rata-rata bulanan terendah adalah 20,30 C yang terjadi pada bulan Juli. Kelembaban udara rata-rata tahunan di KHDTK Mengkendek tercatat 81,9 % dengan kelembaban udara bulanan terendah 75,1 % pada bulan Oktober dan kelembaban udara tertinggi 85,5 % pada bulan Februari.

  3. Kondisi Sosial Ekonomi

    Posisi KHDTK Mengkendek terletak di puncak bukit yang memungkinkan wisatawan dapat menikmati keindahan pemandangan sekitar KHDTK Mengkendek. Lokasi KHDTK Mengkendek yang merupakan sisi bukit yang dapat dibuat jalan setapak untuk tracking para wisatawan didalam kawasan KHDTK. Saat ini disebelah kiri KHDTK mengkendek direncanakan akan dibangun Bandara sehingga nilai ekonomis posisi KHDTK akan meningkat akses menuju bandara melalui jalan yang sudah ada yaitu jalan menuju KHDTK Mengkendek.

Scroll to Top