BPSILHK Makassar

POTENSI SERASAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN KOMPOS DI KHDTK BORISALLO

KHDTK Borisallo merupakan salah satu KHDTK yang dikelola oleh BPSILHK Makassar yang terletak di Kelurahan Bontoparang, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa. KHDTK ini memiliki tipe hutan sekunder dengan luas 141,66 ha yang didominasi oleh tanaman eucalyptus (Eucalyptus deglupta), sengon (Falkataria Moluccana L), dan mahoni (Swietenia mahagoni Jacq). Keberadaan jenis ini memberikan kontribusi besar terhadap produksi serasah di KHDTK Borisallo. Hal ini merupakan salah satu keuntungan bagi vegetasi untuk meningkatkan produktivitas karena tersedianya sumber hara yang banyak.

 

Serasah merupakan bahan organik yang berasal dari tumbuhan yang terdapat di atas permukaan tanah dan tersusun dari bahan-bahan yang sudah mati seperti guguran daun, ranting dan cabang, bunga dan buah serta bagian lainnya. Pohon merupakan penghasil serasah yang cukup besar yang berperan penting menjaga kesuburan tanah dan produktivitas primer ekosistem hutan (Sudomo,2017). Serasah merupakan lapisan tanah bagian atas yang terdiri dari bagian tumbuhan yang telah mati seperti guguran daun, ranting dan cabang, bunga dan buah, kulit kayu serta bagian lainnya, yang menyebar di permukaan tanah di bawah hutan sebelum bahan tersebut mengalami dekomposisi (Departemen Kehutanan, 1997). Menurut Nasoetion (1990) dalam Kurniasari (2009) serasah adalah lapisan teratas dari permukaan tanah yang mungkin terdiri atas lapisan tipis sisa tumbuhan. Produksi serasah berperan penting dalam pengembalian nutrisi dari vegetasi ke dalam tanah. Pengembalian nutrisi ini berasal dari bahan yang telah terdekomposisi oleh mikroorganisme sehingga menghasilkan beberapa unsur kimia seperti Ca (kalsium), Mg (magnesium), N (Natrium), P (fosfor) dan K (kalium) yang digunakan kembali oleh vegetasi hutan untuk berkembang.

Untuk mengetahui seberapa besar potensi serasah yang dimiliki oleh KHDTK Borisallo telah dilakukan penghitungan potensi serasah oleh mahasiswa magang dari Fakultas Kehutanan, Universitas Hasanudin. Penghitungan potensi sesesah dihitung berdasarkan banyaknya daun-daun yang jatuh pada bidang dengan luasan 18 m2 yang dilakukan selama satu bulan, rata-rata serasah yang diperoleh sebanyak 2,25 kg per minggu atau sekitar 9 kg per bulan. Sehingga KHDTK Borisallo memiliki potensi seresah sebesar 708,3 ton/bulan. Potensi serasah ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai bahan untuk pembuatan pupuk kompos.

Gambar Proses pengadukan pupuk kompos

Kompos merupakan proses yang dihasilkan dari pelapukan (dekomposisi) sisa-sisa bahan organik secara biologi yang terkontrol (sengaja dibuat dan diatur) menjadi bagian-bagian yang terhumuskan. Kompos sengaja dibuat karena proses tersebut jarang sekali dapat terjadi secara alami, karena di alam kemungkinan besar terjadi kondisi kelembaban dan suhu yang tidak cocok untuk proses biologis baik terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kompos bisa terjadi dengan sendirinya, lewat proses alamiah. Namun, proses tersebut berlangsung lama sekali, dapat mencapai puluhan tahun (Firmansyah, 2010). Pupuk kompos bermanfaat untuk memperbaiki struktur tanah berlempung hingga menjadi ringan, memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai, menambah daya ikat tanah terhadap air dan unsur-unsur hara tanah, memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah, mengandung unsur hara yang lengkap walaupun jumlahnya sedikit, membantu proses pelapukan bahan mineral, memberi ketersediaan bahan makanan bagi microbia, serta menurunkan aktivitas migroorganisme yang merugikan (Suhastyo,2017).


Dengan melihat potensi serasah yang berlimpah di KHDTK Borisallo dan manfaat dari kompos, maka Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSI LHK) Makassar pada tahun 2023 mulai melibatkan anggota KTH Assamaturu untuk mengelola serasah dari lantai hutan KHDTK Borisallo untuk diolah menjadi pupuk kompos. KTH Assamaturu merupakan salah satu kelompok binaan BPSI LHK Makassar yang anggotanya merupakan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan dan mengelola lahan di KHDTK Borisallo.

Gambar . Tekstur pupuk kompos yang matang

BPSI LHK Makassar telah memfasilitasi pembangunan 8 buah bak komposter berukuran 1 m x 1 m x 0,7 m. Dalam satu bak komposter ini dapat diisi 70 kg bahan organik berupa daun kering, daun hijau, dan kotoran ternak. Untuk mempercepat penguraian ditambahkan juga larutan bioaktivator yaitu EM4. Waktu pengomposan membutuh waktu sekltar 2 bulan, tergantung bahan dasar yang dipergunakan dan proses pengadukan. Setelah kompos matang, didapatkan sekitar 50% berat dari bahan yang diolah. Dengan begitu, dari 70 kg seresah yang diolah,didapatkan kompos sekitar 35 kg kompos/bak, dengan harga jual kompos Rp 5.000/kg, diperoleh pendapatan kotor KTH Assamaturu sekitar Rp 1.400.000/panen/2 bulan.

 

Dengan adanya kegiatan pemberdayaan masyarakat di KHDTK Borisallao melalui usaha pembuatan pupuk kompos ini, diharapkan dapat berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan anggota KTH Assamaturu. Sehingga nantinya anggota KTH Assamaturu dapat melakukan usaha pembuatan pupuk kompos secara berkelanjutan dengan bahan dasar serasah dari lantai hutan KHDTK Borisallo. Kegiatan usaha pembuatan kompos di KHDTK Borisallo ini juga tidak mengeksploitasi serasah secara berlebihan. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan seresah pada 8 bak komposter dalam jangka waktu 2 bulan hanya membutuhkan seresah sebanyak 560 kg dari total potensi seresah sebesar 708,3 ton/bulan atau sekitar 0,08% dari potensi seresah yang dihasilkan di KHDTK Borisallo.

 

Penulis :

Nur Hayati – Penyuluh Kehutanan Ahli Madya BPSI LHK Makassar

Referensi

Firmansyah, M. A. 2010. Teknik pembuatan kompos. Kalimantan Tengah: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

 

Sudomo, A., & Widiyanto, A. 2017. Produktifitas serasah sengon (Paraserianthes falcataria) dan sumbangannya bagi unsur kimia makro tanah.

 

Suhastyo, A. A. 2017. Pemberdayaan masyarakat melalui pelatihan pembuatan pupuk kompos.  Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat1(2): 63-68

Scroll to Top