BP2LHK Makassar (02-05-2019)-Peneliti Balai Litbang LHK Makassar, Dr. Abd. Kadir, S.Hut, M.Si dan Nur Hayati ,S.P, M.Sc diminta untuk menjadi narasumber pada pelatihan MTG di Desa Anrihua, Kec. Kindang, Kab. Bulukumba pada tanggal 23-26 April 2019. Pelatihan ini merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Kab. Bulukumba bekerjasama dengan Pemerintah Desa Anrihua Kec. Kindang, Kab. Bulukumba dan Balai Litbang LHK Makassar. Pelatihan ini merupakan pelatihan ke-4 yang diselenggarakan oleh Dinas LHK Bulukumba setelah sebelumnya dilaksanakan di hotel Agri Bulukumba (2 kali pelatihan) dan di Desa Tanatoa, Kecamatan Kajang. Tujuan dari pelatihan ini adalah meningkatkan keterampilan petani hutan rakyat dalam menghasilkan kayu yang berkualitas. Penyampaian materi teori dilaksanakan di Balai Desa Anrihua, sedangkan kegiatan praktik dilaksanakan di sawmill dan salah satu lahan masyarakat yang masih berada di Desa Anrihua. Peserta berjumlah 25 orang yang terdiri dari 21 orang laki-laki dan 4 orang perempuan. Secara keseluruhan peserta pelatihan berasal dari 4 dusun yang berada dalam wilayah adimistratif Desa Anrihua, yaitu Dusun Borongrappoa, pasimbungan, Bonto-bontoa, dan Anrihua.
Pelatihan Master TreeGrower (MTG) adalah suatu bentuk pendidikan non formal bagi petani hutan rakyat agar dapat mengelola tanaman kayu lebih baik, lebih menguntungkan, sehingga dapat mensejahterakan petani, serta menjaga kelestarian hutan disekitar mereka. Pelatihan MTG dibuka langsung oleh Kepala Dinas LHK Kab. Bulukumba Ibu Ir. Misbawati A Wawo, MM. Misbawati dalam sambutannya menyampaikan bahwa potensi hutan rakyat di Kab. Bulukumba sangatlah besar yaitu sekitar 20.000 Ha, potensi tersebut haruslah diikuti dengan peningkatan kemampuan petani hutan rakyat dalam mengelola tanaman kayu, sehingga perlu diadakan pelatihan ini. Selanjutnya menurut Misbawati, konsep hutan rakyat dapat berupa kombinasi tanaman kayu dan tanaman semusim yang dapat diperoleh hasilnya setiap tahun. Dalam hal ini Dinas LHK Kab. Bulukumba akan mengembangkan jenis serei dan porang sebagai tanaman dibawah tegakan kayu.
Peneliti Balai Litbang LHK Makassar sebagai narasumber yaitu Abd. Kadir W membawakan materi Pengenalan MTG, Pengukuran Pohon dan Tegakan, Penanggulangan Risiko dan Penguatan Kelompok Tani Hutan (KTH). Sedangkan Nur Hayati membawakan materi Survei Pasar Kayu dan Pengelolaan Pohon dan Tegakan. Materi Pengenalan MTG berupa sejarah pengembangan MTG yang berasal dari Australia. Selanjutnya materi survei pasar diawali dengan kunjungan langsung pada industri pengolahan kayu UD. Winda dengan tujuan memeroleh informasi terkait pemasaran kayu. “Kegiatan survei pasar perlu dilakukan oleh petani jika petani ingin menjual kayu atau akan merencanakan menanam pohon sekaligus sebagai bahan renungan bagi petani apakah kayu yang diusahakan sudah sesuai dengan kebutuhan pasar”, jelas Nur. Berikutnya adalah materi pengukuran pohon dan tegakan, pada materi ini dibahas tentang maksud dan tujuan pohon diukur secara berkala, cara mengukur pohon baik yang masih berdiri maupun yang sudah rebah. Pada meteri keempat atau pengelolaan pohon, dibahas tentang faktor-faktor yang memengaruhi pertumbuhan pohon dan bagaimana pengelolaannya sehingga menghasilkan kayu berkualitas melalui pemangkasan cabang dan penjarangan tegakan. Materi terakhir yaitu penanggulangan resiko serta penguatan kelompok tani hutan membahas mengenai langkah-langkah yang harus diambil para petani hutan rakyat dalam menghadapi kemungkinan adanya resiko dalam pembangunan hutan rakyat serta peran dan fungsi KTH (alumni MTG) dalam pengembangan hutan rakyat.
Kadir dalam materi yang dibawakan memaparkan bahwa pendekatan MTG ini pertamakali dikembangkan di Australia oleh Rowan Reid. Di negara asalnya, telah dilakukan lebih dari 100 pelatihan yang melibatkan ribuan petani. Indonesia sendiri merupakan negara ketiga diadakan pelatihan tersebut. “Pendekatan MTG adalah melatih petani untuk dapat membuat keputusan sendiri dalam mengelola tanaman hutan rakyat mereka dan mempersiapkan petani dalam menghadapi kemungkinan adanya resiko terhadap tanaman kayu mereka” katanya.
Pada materi pengelolaan pohon, Nur menjelaskan kenapa pohon atau tegakan itu harus dipelihara dengan baik. “Pemeliharaan pohon bertujuan untuk memaksimalkan pertumbuhan sehingga dapat menghasilkan kayu yang berkualitas,” katanya. “Pemangkasan berguna meningkatkan tinggi bebas cabang dan meminimalkan terjadinya mata kayu yang dapat mengurangi harga kayu, sedangkan penjarangan ditujukan untuk mengurangi persaingan sesama tegakan sehingga dapat memaksimalkan pertumbuhan diameter pohon”, lanjut Nur.
Pada kesempatan ini pula, dipaparkan peluang pemanfaatan lahan dibawah tegakan dengan tanaman porang oleh Kaharuddin, salah satu Polhut Dinas LHK Bulukumba sekaligus petani porang. “Tanaman porang sangat cocok di bawah tegakan karena tanaman jenis ini butuh naungan. Selain itu, sudah ada industri di Sulawesi Selatan tepatnya di Kabupaten Takalar yang membutuhkan porang dalam jumlah besar’, jelas Kaharuddin.
Acara pelatihan ditutup oleh Kabid Kehutanan dan Pelestarian Lingkungan, Sahriana Said, S.Hut, MM. Dalam sambutannya, Sahriana menyampaikan apresiasinya terhadap semangat para peserta pelatihan dan narasumber. Sahriana mengharapkan peserta pelatihan dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama empat hari tersebut di lahan masing-masing petani. ***HDN, NH & AKW