BP2LHK Makassar (30/11/2018)_Ekspedisi membawa terang ke Tanah Sumba dilanjutkan dengan pembuatan bangunan fisik berupa pembangunan bendungan, saluran terbuka, bak penenang dan rumah pembangkit pada dua lokasi yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu di Dusun Laironja, Desa Wanggameti, Kecamatan Matawai La Pau dan di Desa Mahaniwa, Kecamatan Pinu Pahar dimana keduanya termasuk dalam Kabupaten Sumba Timur, Propinsi Nusa Tenggara Timur.
Kegiatan pendampingan dan memfasilitasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) ini merupakan kerja sama antara Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (Matalawa) dengan Tim PLTMH Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Makassar. Anggota tim PLTMH yang berangkat ke Tanah Sumba merupakan tim teknis PLTMH dibidang konstruksi bangunan air, yaitu Ade Suryaman, S.Hut, Usman Sumung dan Sainal. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 14 s.d 27 November 2018. Sedangkan untuk personel dari TN Matalawa yaitu : Vivery Okthalamo, Suyatno, Marjono Merrapu, Jhon Klau, Saul Bayang, Yonatan Pekuali, Rimba Bintoro, Jaelani, Dwi Agung Herdiyanto, Agung Nugraha, Andri Martha Supriatama, Tomi Nggimu Tara, Siprianus KT Ratundima dan Yulius Puratanya.
Pembangunan PLTMH dimulai dengan ritual pembacaan doa di Sungai Waimuru tempat lokasi pembuatan bangunan fisik PLTMH (bendungan, saluran terbuka, bak penenang dan rumah turbin) oleh Tokoh Adat yaitu Jhon Kembi dan Domu Mara Hongu selaku Ketua Kelompok PLTMH Waimuru sekaligus Kepala Dusun Laironja dengan beberapa warga Dusun Laironja.
Sebelum melakukan kegiatan pembangunan, seluruh warga Dusun Laironja mengadakan ibadah yang dipimpin langsung oleh ibu Pendeta yaitu Yantina Tamu Ina, S.Si Theologi sekaligus meminta ijin kepada Tuhan Yang Maha Esa agar kegiatan yang dilakukan ini berjalan dengan baik dan lancar hingga pada peresmian penyalaan listrik PLTMH. Kemudian kegiatan ini dilanjutkan dengan pemotongan hewan berupa dua ekor babi merah, satu ekor anjing putih dan satu ekor kambing hitam. Hal ini merupakan bagian dari adat istiadat budaya merapu yang dianut oleh warga dan sebagai wujud rasa syukur dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga mikrohidro di daerah mereka.
Domu Mara Hongu mengatakan bahwa seluruh warga di Dusun Laironja ini sangat bersemangat dalam pembangunan PLTMH ini. Seluruh warga saat ini adalah tukang, ada yang menjadi tukang angkat pasir, batu, semen, kayu balok dan material lainnya, tukang mencampur bahan, tukang membangun bendungan dan ada juga yang menjadi tukang memasak makanan di lokasi pembangunan PLTMH. Jadi seluruh warga Dusun Laironja berperan dalam kegiatan ini, sehingga diharapkan akan meningkatkan rasa saling memiliki dalam pengelolaan listrik PLTMH ke depannya.
Rencana calon pengguna listrik PLTMH Waimuru di Dusun Laironja sebanyak 34 rumah dan 6 fasilitas umum berupa Gereja Kristen Sumba, Kantor Desa, Balai Pertemuan, Polindes Laironja dan PAUD Laironja, ujar Domu Mara Hongu.
Kegiatan awal dimulai dengan pengukuran profil bendungan. Untuk membuat bendungan ini digunakan balok kayu sebagai penyangga, karena lokasi untuk pembuatan bendungan ini berupa batu keras (cadas), sehingga perlu upaya khusus dalam pembuatan profil bendungannya. Ukuran bendungan ini yaitu lebar bendungan sampai sayap bendung yaitu 6 meter (termasuk intake), ketebalan bendung yaitu 1 meter di bagian atas dan 1,2 meter dibagian bawah.
Menurut Nicodemus Marambanau selaku Tokoh Masyarakat di Dusun Laironja, sangat berterima kasih kepada Taman Nasional Matalawa dan Tim PLTMH BP2LHK Makassar karena telah diberikan kesempatan untuk mendapatkan penerangan dari pembangkit listrik tenaga mikrohidro dan berharap agar pembangunan listrik PLTMH ini bisa berjalan dengan lancar sehingga bisa selesai dalam waktu yang telah ditentukan.
Saluran pembawa PLTMH Waimuru dibuat menyatu dengan bak penenang sepanjang 2,5 meter (termasuk bak penenang) untuk mengalirkan air minimal 50 liter/detik dari intake menuju bak penenang. Konstruksi saluran pembawa adalah pasangan batu dengan lebar 60 cm, tinggi 60 cm, tebal lantai saluran 200 cm dan tebal dinding saluran 30 cm. Saluran pembawa akan dibangun di lokasi dengan dasar batuan yang keras dan lebar. Kondisi ini menguntungkan karena dasar saluran sudah cukup kuat tanpa fondasi tambahan. Sedangkan untuk konstruksi bak penenang adalah pasangan batu isi dengan lebar 60 cm dan tinggi 60 cm. Bak penenang dilengkapi dengan saringan (trash rack) yang dipasang miring bersandar di dinding depan bak penenang dan dudukan saringan setinggi 15 cm dengan ketebalan 20 cm di bagian tengah bak penenang.
Pembangunan rumah pembangkit diletakkan di tempat yang lebih tinggi dari air Sungai Waimuru. Rumah pembangkit adalah bangunan rumah pembangkit yang berfungsi melindungi peralatan elektrikal mekanikal seperti turbin, generator, panel kontrol dan lainnya dari segala gangguan. Ukuran rumah pembangkit adalah 2 x 3 meter, luasan ini dirancang untuk memberikan ruang yang cukup bagi penempatan 1 unit turbin, 1 unit generator 5000 KW, 1 unit panel kontrol dan untuk mempermudah pergerakan operator untuk menjalankan tugasnya.
Pembangunan awal PLTMH di Desa Mahaniwa yaitu pembuatan profil bendungan dimana ukuran bendungan yang akan dibuat lebih besar dibandingkan dengan bendungan yang di Dusun Laironja, tetapi lebih mudah dilakukan dikarenakan air Sungai Minabuti bisa dialirkan ke tempat lain sehingga memudahkan dalam pengerjaannya. Ukuran bendungan yaitu tinggi bendungan 90 cm dari dasar lantai bendung dengan lebar mercu total 200 cm hingga pilar bendung dengan ketebalan 60 cm di bagian atas dan 80 cm di bagian dasar. Lebar total bendungan ini yaitu 440 cm, panjang dinding bendung sebelah kiri yaitu 450 cm dan sebelah kanan yaitu 930 cm dengan lebar 30 cm dan tinggi 120 cm.
Menurut Harun Radda Anding selaku Ketua Kelompok PLTMH Minabuti, masyarakat Desa Mahaniwa sangat bersemangat dalam kegiatan pembangunan PLTMH ini, karena mereka berharap jika listrik PLTMH ini sudah berjalan, maka untuk penerangan mereka tidak perlu lagi mengeluarkan uang untuk membeli bahan bakar genset dan juga lampu dari tenaga surya lagi. Di awal pembangunan, seluruh warga ikut membantu dalam kegiatan ini dan untuk di hari berikutnya pengerjaan dibagi menjadi empat kelompok, sehingga seluruh warga bisa merasakan secara bergantian dalam bekerja untuk pembangunan PLTMH ini.
Rencana calon pengguna listrik PLTMH Minabuti di Desa Mahaniwa sebanyak 68 rumah dan 8 fasilitas umum berupa Gereja Kristen Sumba, Kantor Desa, PAUD, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan lainnya, ujar Harun.
Dalam pengerjaanya, masyarakat Desa Mahaniwa dibagi dalam berbagai pekerjaan, yaitu bagi laki-laki bertugas untuk mengangkat batu, semen dan membuat bahan campuran, sedangkan ibu-ibu dan anak-anak membantu dalam mengumpulkan pasir dan menyiapkan makanan di lokasi sehingga kegiatan pembangunan ini bisa berjalan dengan lancar.
Melkianus Remi Djawa sebagai sekertaris kelompok berharap dengan terbangunnya listrik PLTMH di Desa Mahaniwa ini akan meningkatkan taraf hidup masyarakat dan yang utama anak-anak bisa belajar di malam hari sehingga bisa meningkatkan kualitas pendidikan di Desa Mahaniwa ke depannya.
Saluran pembawa PLTMH Minabuti dirancang sepanjang 250 cm untuk mengalirkan air minimal 150 liter/detik dari intake menuju bak penenang. Konstruksi saluran pembawa adalah pasangan batu isi dengan lebar 60 cm, tinggi 90 cm, tebal lantai saluran 20 cm dan tebal dinding saluran 30 cm. Sedangkan untuk konstruksi bak penenang adalah pasangan batu isi dengan lebar 100 cm dan tinggi 100 cm. Bak penenang dilengkapi dengan saringan (trash rack) yang dipasang miring bersandar di dinding depan bak penenang dan dudukan saringan setinggi 15 cm dengan ketebalan 20 cm di bagian tengah bak penenang. Panjang bak 200 cm bersambung dengan saluran pembawa dengan tebal lantai bak 30 cm dan tebal dinding saluran 30 cm.
Lokasi rumah pembangkit berada di sebelah kiri aliran dari arah hilir Sungai Minabuti berada pada dataran yang cukup luas dan aman dari longsor maupun banjir. Lokasi ini berada pada tanah yang datar dan stabil, berada di atas badan sungai dengan posisi aman dari banjir maksimal. Penempatan pada lokasi ini selain untuk menjamin stabilitas rumah pembangkit juga untuk mempermudah pembuangan air kembali masuk ke badan sungai melalui saluran pembuangan (tailrace). Ukuran rumah pembangkit adalah 3 x 4 meter untuk memberikan ruang yang cukup bagi penempatan 1 unit turbin, 1 unit generator 40.000 KW, 1 unit panel kontrol dan mempermudah pergerakan operator untuk menjalankan tugasnya.
Kendala utama pada kegiatan ini adalah turunnya hujan, dimana pengangkutan bahan material dan kelengkapan pembuatan PLTMH di dua lokasi dikirim dari Kota Waingapu menggunakan truk angkutan yang biasa ke lokasi. Di beberapa titik jalan menuju ke Laironja dan Mahaniwa ada jalan yang rusak dan berlubang, sehingga supir mobil truk angkutan tidak berani untuk jalan jika turun sudah hujan. Diharapkan semua bahan dan material pembangunan PLTMH bisa terkirim ke lokasi sehingga pada pertengahan bulan Desember 2018 bisa diadakan peresmian penyalaan listrik PLTMH di dua lokasi. ***(ADE)