BP2LHK Makassar (10/09/2018)_Hidup dalam gelap tidak menyurutkan semangat masyarakat di Desa Suka Makmur untuk terus menyongsong hidup. Selepas subuh, sudah menjadi kebiasaan sehari-hari masyarakat hilir mudik membawa wadah penampungan nira aren yang terbuat dari bambu. Aktivitas pagi masyarakat tersebut seolah-olah tidak bisa digantikan dengan aktivitas lain. Hal ini tentu tidak tanpa alasan, karena nira aren yang terlambat diambil akan mengakibatkan nira tersebut menjadi asam cuka dan terfermentasi.
Begitulah suasana pagi dari perjalanan Tim PLTMH Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar ke Desa Suka Makmur Gorontalo pada tanggal 28 Agustus hingga 1 September 2018. Desa penyangga Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang menjadi sasaran program pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Program yang diharapkan menjadi perekat hubungan positif antara masyarakat dengan hutan. Masyarakat dapat mendapatkan kesejahteraan dengan adanya manfaat hutan berupa listrik, dan hutan akan lestari dengan adanya masyarakat yang menjaganya.
Desa Suka Makmur merupakan salah satu desa sentra Industri Kecil Menangah yang memproduksi gula aren di provinsi Gorontalo. Desa Suka makmur terletak di Kecamatan Bolango Ulu, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo. Desa ini merupakan desa yang berbatasan dengan kawasan konservasi Taman Nasional Bogani Nani Wartanone (TNBNW). Karena letaknya yang jauh dan sulitnya akses PLN, sampai saat ini desa tersebut belum menikmati aliran listrik dari PLN. Listrik yang ada saat ini hanya tersedia terbatas yang berasal dari genset dengan biaya operasional yang tidak murah dan dinikmati oleh keluarga yang mampu saja.
Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang memiliki kepentingan terhadap kawasan hutan yang berbatasan dengan Desa Suka Makmur menginisiasi pembangunan PLTMH dengan bantuan tenaga ahli dari BP2LHK Makassar. Pembangunan PLTMH untuk masyarakat di sekitar kawasan konservasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sehingga diharapkan dapat mengurangai tekanan terhadap hutan. Sebelum pembangunan PLTMH, harus melewati beberapa tahap baik perencanaan maupun pembangunan. Tahap pertama sebelum pembangunan PLTMH adalah studi kelayakan (Feasibility Study) dan Desain detail teknis (Detail Engineering Design).
Secara umum potensi daya listrik yang dapat dibangkitkan sebesar 15 kVA dan 25 kVA dari 2 anak sungai di Desa Suka Makmur, yaitu dari Sungai Sanda Anaya dan Sungai Molonuaya. Kedua anak sungai tersebut bermuara di Sungai Butaiyokiki sampai Sungai Bolango. Jumlah daya listrik tersebut direncanakan untuk didistribusikan pada 2 dusun yang terdapat di Desa Suka Makmur. Distribusi daya listrik tersebut untuk 49 rumah dengan jumlah kepala keluarga 52 KK di Dusun 1 dan 29 rumah dengan jumlah kepala keluarga 33 KK di Dusun 2. Selain rumah, alokasi daya listrik juga untuk fasilitas umum yang terdapat di Desa seperti PAUD, SD, SMP, Masjid, Puskesmas Pembantu, Kantor Desa.
Kehidupan masyarakat di Desa Suka Makmur ditopang oleh aktivitas pertanian. Komoditi unggulan dari desa ini berupa jagung dan gula aren. Hampir semua masyarakatnya merupakan penghasil kedua komoditi tersebut. Rata-rata jagung yang dihasilkan setiap kepala keluarga sebesar 2500 kg jagung giling dari setiap Ha lahan yang dimiliki. Kepemilikan lahan masyarakat di Desa Suka Makmur berkisar 0.5 – 2 ha. Selain jagung, Desa Suka Makmur merupakan sentra produksi gula aren di Provinsi Gorontalo. Setiap kepala keluarga rata-rata mampu memproduksi gula aren sebesar 1 ikat gula aren yang terdiri dari 20 biji gula aren setiap hari. Setiap biji gula aren memiliki rata-rata berat sekitar 250 gram. Pemasaran kedua komodoti tersebut dapat dikatakan berjalan normal sekalipun terdapat kendala kondisi jalan yang masih belum baik. Jalan utama di desa masih merupakan jalan pengerasan namun masih dapat dilalui oleh kendaran roda 2 dan roda 4. Sementara jalan desa merupakan jalan beton yang dapat dilalui oleh motor dan mobil kecil.
Produksi gula aren yang tinggi dari desa ini tidak hanya mendatangkan keuntungan ekonomi yang tinggi, namun juga menjadi ancaman bagi kelestarian kawasan konservasi yang berbatasan dengan desa. Konsumsi kayu bakar untuk menghasilkan 1 ikat gula aren dapat mencapai 0,35 meter kubik. Tingginya konsumsi kayu bakar tersebut mendorong pihak pengelola Taman Nasional Bogani Nani Wartabone perlu memikirkan pengelolaan alternatif energi yang efisien untuk produksi gula aren, sehingga dapat mengurangi tekanan terhadap kawasan konservasi.
Penggunaan kayu bakar merupakan alternatif energi yang murah dan mudah didapatkan, namun hal tersebut dapat mengancam keberadaan hutan. BP2LHK Makassar sebagai lembaga riset dan inovasi telah mengembangan kompor biomassa yang dapat mengurangi penggunaan kayu bakar. Masalah konsumsi kayu bakar yang tinggi di sekitar kawasan TNBNW dapat diatasi dengan penggunaan kompor biomassa tersebut. Menurut Hunggul, peneliti sekaligus ketua Tim PLTMH BP2LHK, penggunaan kayu bakar dapat dikurangi sampai dengan 90% apabila menggunakan kompor biomassa. Dengan penggunaan kompor biomassa, diharapakan hutan tetap lestari dan kesejahteraan masyarakat meningkat. ***(WAHYUDI ISNAN)