BP2LHK Makassar (Makassar, 29/04/2016)_Keberadaan populasi kayu kuku (Pericopsis mooniana Thw) untuk wilayah distribusi geografis Sulawesi saat ini semakin mengkhawatirkan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa kayu kuku hanya dapat ditemukan di Kabupaten Kolaka Sulawesi Tenggara dengan populasi hanya beberapa tegakan. Hal ini diungkapkan Didin Alfaizin, S.Hut, M.Sc, peneliti BP2LHK Makassar, Rabu (27/04) di ruang kerjanya.
Didin menjelaskan, eksplorasi terakhir yang dilakukan tim peneliti BP2LHK Makassar pada Juni 2015 mengungkap fakta bahwa kayu kuku di Cagar Alam Lamedae yang merupakan habitat aslinya telah mengalami degradasi generasi. Permudaan alami kayu kuku diduga terhambat oleh tutupan tajuk yang rapat di Cagar Alam, sementara kayu kuku pada fase anakan memerlukan cahaya cukup untuk pertumbuhannya.
“Titik-titik wilayah ditemukannya kayu kuku ada di Dusun Dua, Dusun Satu dan Dusun Bali Jaya pada Hutan Rakyat yang membudidayakan buah-buahan, ubi kayu dan tanaman lainnya. Satu dua tegakan terselip di antara barisan tanaman pokok yang dikembangkan oleh pemilik lahan,” jelas Didin.
Lebih lanjut Didin mengatakan, masih di Kabupaten Kolaka, pada Kec. Tanggetada, kondisinya lebih miris lagi. Sejak Pemerintah Kabupaten Kolaka menurunkan status kawasan hutan menjadi Area Penggunaan Lain (APL) di kecamatan itu, keberadaan kayu kuku sudah tak terlihat lagi seperti di Desa Tanggetada.
Menurut Didin, ini disebabkan kayu kuku yang sudah dalam fase tiang ditebang oleh masyarakat yang melakukan pengelolaan lahan bekas kawasan hutan tersebut untuk dijadikan kebun. Harapan terakhir tersisa pada satu pohon yang tegak berdiri di halaman rumah seorang warga di Desa Pitudua yang menghasilkan buah setiap tahun.
“Kalau kondisi ini terus berlanjut, jangan harap kayu kuku yang pada masa lalu sempat mengalahkan harga kayu jati, masih dapat ditemukan di pasaran kayu nasional maupun internasional,” kata Didin.
Sebagaimana diketahui, beberapa tahun yang lalu, kayu kuku adalah salah satu produk hasil hutan kayu primadona. Kayu kuku memiliki corak yang bergaris-garis dekoratif dan permukaan yang licin mengkilap, serta kekuatan kayu yang cukup keras. Kayu kuku dimanfaatkan untuk pembuatan mebel, bantalan rel, dermaga, lantai rumah, dan lainnya.
Tak heran permintaan kayu kuku meningkat dari tahun ke tahun. Namun, tanpa diiringi upaya penanaman kembali telah menyebabkan keberadaan populasi kayu kuku saat ini masuk dalam kategori mengkhawatirkan bahkan pada wilayah tertentu, di habitat aslinya bisa saja telah mengalami kepunahan.***DDN