BP2LHK Makassar (29-03-2018)_ Persuteraan alam merupakan kegiatan agro industri yang memiliki rangkaian yang panjang mulai dari budidaya murbei, budidaya ulat sutera, processing kokon serta pemintalan dan penenunan. Kegiatan persuteraan alam memiliki peran yang cukup strategis karena dapat melibatkan tenaga kerja termasuk para petani , membuka kesempatan usaha, memberi kesempatan mengembangkan ekonomi kerakyatan, meningkatkan pendapatan petani serta dapat meningkatkan devisa.
Persuteraan alam memberikan hasil berupa kokon dan benang dalam waktu singkat dan tentu saja bernilai ekonomi tinggi dan selain itu , kegiatan ini bersifat padat karya yang dapat dilakukan baik itu perempuan maupun laki- laki , dewasa dan juga anak-anak difaktori oleh hal tersebut persuteraan alam pun dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan peranan sektor kehutanan dalam mendorong perekonomian masyarakat di pedesaan melalui penerapan iptek terkait persuteraan alam.
Di Sulawesi Selatan sendiri hingga saat ini pengembangan persuteraan alam masih belum optimal dan masih memiliki beberapa kendala antara lain produktifitas ulat sutera dan kebun murbei yang masih rendah, penanganan pasca panen belum optimal serta karena kemampuan petani dalam menyerap inovasi dan informasi masih terbatas.
“Guna mengatasi hal tersebut diperlukan upaya antara lain dengan persilangan murbei unggul, persilangan ulat sutera unggul dan penanganan pasca panen melalui alat pengering kokon tenaga surya. Untuk itu diperlukan pemasyarakatan teknologi dan informasi hasil penelitian agar produkvitas sutera alam dapat lebih meningkat.” Ungkap Nurhaedah M, S.P, M.Si salah seorang peneliti di Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar (BP2LHKM) yang belakangan ini telah meneliti hal terkait kokon dan ulat sutera.
Litbang LHK Makassar telah melakukan pengembangan di Kecamatan Donri-Donri, Kabupaten Soppeng pada bulan Maret sampai Desember tahun 2017. Khusus pembangunan pertanaman murbei, rumah ulat dan pengering kokon tenaga surya.
Murbei merupakan tanaman pokok bagi ulat sutera sehingga perlu perlakuan silvikultur serta jenis murbei yang tepat agar kebutuhan pakan daun merbei tercukupi sehingga produksi kokon ulat sutera bisa optimal. Manfaat keberadaan demplot tanaman murbei selain sebagai percontohan dan sarana uji coba, juga dapat memenuhi kebutuhan petani sutera terkait stek murbei hasil persilangan yang dapat difasilitasi saat melakukan kegiatan pemangkasan tanaman murbei.
Pembangunan rumah pemeliharaan ulat dilahan milik petani di Desa Sering, Kecamatan Donri-Donri, Kabupaten Soppeng dengan luas bangunan berukuran 8 m x 6 m dengan peruntukan ruang budidaya ulat besar, ruang penyimpanan daun/pakan dan ruang budidaya ulat kecil yang sekaligus difungsikan sebagai ruang peralatan. Diperkirakan bangunan dapat menampung kurang lebih satu boks ulat sutera yang dipelihara mulai dari ulat sutera instar kecil sampai mengokon. Selain tempat budidaya Rumah ulat juga dilengkapi dengan alat pengokonan seriframe sebanyak 80 set.
“pendirian bangunan dan pembuatan rak ulat dilakukan dengan melibatkan masyarakat setempat meliputi pemilik lahan , tokoh masyarakat dan pemerintah lokal (Kepala Desa) serta penyuluh sutera. Hal ini dilakukan karena kegiatan pengembangan tetap dipadukan dengan pengalaman dan nilai-nilai yang dianut masyarakat yang seiring dengan kegiatan pengembangan.” Ungkap Nurhaedah
Pengering kokon tenaga surya tersebut bertujuan untuk menurunkan kadar air kokon dan mematikan pupa yang ada dalam kokon, jika kokon yang dihasilkan tidak segera dipintal atau jika pupa dalam kokon telah berubah menjadi kupu-kupu maka kokon tersebut tidak lagi dapat dipintal menjadi benang dan tidak mempunyai nilai ekonomi.
“Alat pengering kokon telah dibangun oleh Balai Litbang LHK Makassar pada 2006 di Kabupaten Luwu. Alat yang pengering kokon sebelumnya menggunakan sinar matahari murni dengan ukuran alat yang lebih besar, sedangkan rancangan tahun 2017 ukurannya lebih kecil dan rencananya mengalami penambahan inovasi berupa penambahan alat yang dapat menyimpan panas dari sinar matahari secara maksimal dan saat matahari tidak bersinar maksimal, alat ini dapat menyimpan panas sehingga kebutuhan tingkat pada komoditi dapat diatasi. ” jelas Nurhaedah
“Dampak sosial ekonomi kegiatan ini adalah menjalin kerjasama dengan pihak terkait dalam mendukung usaha peningkatan pendapatan petani sutera melalui penerapan teknologi persuteraan alam secara terpadu. Dan dampak linkungan adalah mengoptimalkan fungsi lahan dan penggunaan energi yang ramah lingkungan.” Ungkap Nurhaedah***(IKI)