BP2LHK Makassar – Hidup dan berkembang di ekosistem hutan-hutan Sulawesi sebagai wilayah Wallacea yang dikenal dunia memiliki keanekaragaman hati dan sifat endemitas yang tinggi. Pohon dengan postur tinggi mencapai 40 m, kulit batang hitam kelam kasar beralur dangkal, tegak lurus, memiliki ranting-ranting pohon yang panjang hingga 135 cm warna daun hijau mengkilap dan umur pohon dapat mencapai 125 tahun. Tipe hutan hujan tropis Sulawesi merupakan kondisi yang sangat suitable bagi kehidupan pohon Eboni yang menghasilkan kayu tekstur halus berserat lurus dan kadang-kadang serat saling berpadu. hanya terdapat atau tumbuh pada tempat dan wilayah tertentu, memiliki kayu yang sangat mewah (fancy wood) dan memiliki tekstur halus serta kesan raba permukaan yang sangat halus. Dia adalah pohon Eboni.
Pohon yang memiliki nama ilmiah Diospyros celebica bakh ini memiliki nilai ekonomi yang tertinggi di antara jenis-jenis kayu tropis dan merupakan satu kekayaan flora dari hutan Sulawesi. Kayu eboni atau dikenal masyarakat umum dengan sebutan kayu hitam, karena baik karakteristik kulit batang dan kayu yang dihasilkan dari pohon ini yang memiliki warna hitam diselingi dengan strip merah dan kekuningan dengan pola serat bergaris lurus sejajar rapih atau bergelombang ringan.
Berdasarkan kekuatan, keawetan dan permukaan yang halus menyebabkan kayu eboni memiliki nilai dekoratif tinggi. Dunia perdagangan kayu mengakui bahwa kayu hitam ini telah digunakan sebagai bahan meubel, kayu lapis mewah, patung, ukiran, alat musik dan juga kenang-kenangan.
Menurut penelitian yang dilakukan Soenarno (1996), sebaran kayu eboni bernilai tinggi hanya ditemui di Provinsi Sulawesi Tengah yakni pada wilayah Kabupaten Poso, Donggala dan Parigi. Memiliki corak paling indah dengan kayu teras berwarna hitam bergaris kemerah-merahan dan arah serat yang lurus dan rapih.
Hasil penelitian Asdar (2009) bahwa kualitas kayu teras eboni asal Kabupaten Donggala memiliki BD 0,98. Dengan warna kayu gubal putih kelabu sampai coklat muda kemerah-merahan dengan kayu teras bercorak garis-garis sejajar berwarna coklat dan hitam berselang-seling dengan pola garis jarak relatif teratur sekitar 1 mm – 5 mm.
Merryana Kiding Allo peneliti Litbang LHK Makasar, menerangkan bahwa tingginya harga kayu hitam tersebut sehingga eboni terus dieksploitasi tanpa mengindahkan aturan dan sanksi yang telah ditetapkan baik oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Menyebabkan kondisi habitat eboni di alam semakin terbatas, selain itu pula adanya desakan-desakan akan kebutuhan lahan dan kebutuhan hidup yang terus meningkat.
Pengelolaan eboni telah berlangsung sejak tahun 1960, dan puncaknya dalam tahun 70-an terjadi eksploitasi sangat tinggi. Tingginya tingkat eksploitasi dan rendahnya tingkat keberhasilan tumbuh akan dapat menyebabkan pohon eboni menjadi salah satu pohon langka di dunia yang terancam punah jika perdagangan tidak diatur secara ketat.
“Penerapan teknik pengelolaan yang benar diharapkan dapat memulihkan kondisi habitat eboni ke tingkat yang lebih aman sehingga secara alami populasi eboni dapat bertahan sehingga dapat leluasa berkembang dalam jangka panjang,” jelas Merryana.
Terjadi penurunan populasi 20% dalam 10 tahun terakhir. Upaya-upaya Pemerintah khususnya Dinas Kehutanan, Badan Litbang Kehutanan dan pihak swasta dalam bentuk budidaya secara besar-besaran telah dilakukan baik secara exsitu maupun in-situ. Namun hasil yang diharapkan tidak sesuai, umumnya terkendala pada ketrampilan dan biaya riset sehingga perhatian Pemerintah sangat diharapkan dalam hal ini.
Saat ini telah terbentuk beberapa spot kebun konservasi eboni yang tersebar pada beberapa sebaran tempat tumbuh seperti di KHDTK Borisallo, Kebun Konservasi Genetik Eboni di kawasan TN Bantingmurung Bulusaraung bekerjasama ITTO, PUP eboni PT. INHUTANI di Desa Tappalang, Mamuju, demplot konservasi eboni di KHDTK Tabo-Tabo dan demplot uji coba di KHDTK Malili. ***(Opi)