BP2LHK Makassar (24/08/2018)_Petualangan pencarian cahaya kini berlanjut ke Tanah Kalimantan, tepatnya di Dusun Mengkilau, Desa Nusa Poring, Kecamatan Menukung, Kabupaten Melawi, Propinsi Kalimantan Barat. Dusun Mengkilau dipilih menjadi lokasi calon pembangunan listrik PLTMH oleh Balai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya (TN BBBR) yang bekerjasama dengan Tim PLTMH BP2LHK Makassar, karena merupakan desa penyangga sekitar kawasan hutan taman nasional dan memiliki potensi sungai yang debit airnya layak untuk pembangunan listrik PLTMH.
Perjalanan ke Mengkilau ini dimulai dari Makassar menuju Bandara Supadio Pontianak yang di tempuh selama 2 (dua) jam. Dari Bandara Poladio, perjalanan berlanjut menggunakan pesawat Nam Air menuju ke Bandara Tebelian Sintang sekitar 45 menit. Setelah puas berada di udara, perjalanan dilanjutkan lewat darat. Di Bandara Tebelian Sintang, kami dijemput oleh staf pegawai Taman Nasional Bukit Baka Bukit Raya dan diantar menuju Kantor SPTN Wilayah I Nanga Pinoh, Kecamatan Elir Hilir, Kabupaten Melawi dengan jarak sekitar 70 km yang ditempuh selama 1.5 jam. Di sini kami briefing dan menyiapkan kebutuhan yang akan digunakan di lokasi nanti. Dari kantor SPTN Wilayah I, kami istirahat sejenak di Log Pond PT Sari Bumi Kusuma, disini merupakan hotspot sinyal telepon dan internet terbaik sebelum masuk ke lokasi rencana pembangunan listrik PLTMH di Dusun Mengkilau.
Hal menarik yang kami temui di sepanjang perjalanan menuju lokasi rencana pembangunan listrik PLTMH yaitu banyaknya pohon sawit yang tertata rapi dan memanjakan mata dengan struktur tanaman yang teratur. Perkebunan sawit ini selain dikelola oleh perorangan, juga dikelola oleh perusahaan dengan skala besar. Selain itu, kami banyak jumpai juga tanaman karet, kedua tanaman ini merupakan komoditas andalan di Kalimantan Barat.
Akhirnya, setelah 4 (empat) jam perjalanan dari Kantor SPTN Wilayah I Nanga Pinoh kami tiba di lokasi. Selama dalam perjalanan, kami menempuh kerasnya ombak di daratan, “Kencang ombak kapten” itulah ungkapan dari om Sihombing yang membawa mobil ke Mengkilau. Menurut om Sihombing, “Bingung mencari jalan yang bagus karena jalannya banyak yang rusak parah”. Jalanan yang kami lalui ini merupakan kombinasi tanah podsolik merah kuning yang merupakan kondisi jalan dimana jika musim kemarau jalan mengeras dan berdebu, sedangkan di musim hujan jalanan menjadi licin dan berlumpur. Hal ini membuat akses jalan menuju lokasi agak susah dan perlu perjuangan ekstra untuk melaluinya.
Malam pun tiba, kegelapan mulai menyelimuti dan disambut di Dusun Mengkilau, sekitar pukul 19.30 WIB tiba di Kantor Resort Mengkilau TN Bukit Baka Bukit Raya. Di Mengkilau, kami disambut dengan hangat oleh masyarakat yang sudah lama mendambakan adanya listrik PLTMH. Di malam hari, masyarakat Mengkilau rata-rata menggunakan lampu senter yang dipasang dikepala (head lamp) sebagai alat bantu penerangan jika berjalan di malam hari. Dalam hal penerangan, sampai saat ini belum ada bantuan dari pemerintah terkait listrik penerangan, masyarakat menggunakan lampu pelita sebagai penerangan, ada beberapa rumah yang menggunakan PLTS sebagai sumber penerangan dan hanya 2 (dua) rumah yang menggunakan genset, namun hanya untuk keperluan penting saja baru dinyalakan gensetnya.
Menurut Purwadi, S.Hut, MP, selaku Kepala Seksi SPTN Wilayah I Nanga Pinoh menjelaskan bahwa di Mengkilau ini merupakan tempat pelepasan orang utan yang bekerja sama dengan IAR (Internasional Animal Rescue), dimana sekitar 26 orang utan telah berhasil dilepasliarkan kembali ke habitat aslinya. Alasan pelepasan liar disini adalah karena ketersediaan pakan orang utan yang melimpah dan masyarakat di sekitar kawasan hutan tidak mengganggu populasi orang utan yang ada, sehingga orang utan bisa kembali beradaptasi dengan lingkungan alaminya.
Di Mengkilau ini terdapat 2 bagian besar suku Dayak, yaitu Suku Dayak Limbai dan Dayak Ransa. Suku Ransa pada awalnya berasal dari Kabupaten Sintang dan tersebar hingga ke Menukung. Sedangkan Suku Dayak Limbai adalah sub suku Dayak Rumpun Ot Danum yang menempati Kecamatan Menukung. Suku Limbai dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu orang Limbai Pantai dan Limbai Darat dengan penggunaan bahasa Dayak Limbai.
Rencana potensi pengembangan PLTMH di Dusun Mengkilau ini menggunakan sungai Mengkilau, survei pengecekan ini dilakukan oleh TN Bukit Baka Bukit Raya, Tim PLTMH BP2LHK Makassar dan masyarakat Dusun Mengkilau. Jarak sungai Mengkilau ke pemukiman masyarakat terdekat yaitu sekitar 3 (tiga) km yang ditempuh selama 1 (satu) jam perjalanan. Setelah tiba dilokasi dan melihat kondisi sungai Mengkilau, hasilnya didapatkan beda tinggi air terjun (cahai) yaitu sekitar 5 (lima) meter dan lebar sungai Mengkilau 14,40 meter. Kondisi sungai Mengkilau ini didominasi oleh batuan keras yang menggerumbul atau masyarakat dayak menyebutnya dengan nama “gruhup”.
Setelah menetapkan sungai Mengkilau sebagai lokasi pembangunan listrik PLTMH, dengan beberapa pertimbangan teknis, selanjutnya dilakukan pengukuran jarak saluran air terbuka ke bak penampung (bak penenang) dengan jarak sekitar 65 meter. Kemudian dilanjutkan dengan penghitungan debit air yang mengalir di sungai Mengkilau, hasilnya didapatkan debit air sebesar 450 liter perdetik. Hasil ini bisa digunakan untuk 71 rumah dan 4 fasilitas umum yang ada di dusun Mengkilau. Hasil analisis dan perhitungan oleh Tim PLTMH BP2LHK Makassar, didapatkan sekitar 25.000 watt, dimana setiap rumah bisa mendapatkan jatah penggunaan listrik 350 watt.
Semoga dengan terbangunnya listrik PLTMH di Dusun Mengkilau ini nantinya dapat membuat Dusun Mengkilau ini bisa lebih mandiri energi, terutama dari energi listrik, sehingga ke depannya kehidupan masyarakat Dusun Mengkilau ini bisa meningkat dan lebih baik lagi. Salam Kemerdekaan !!! *** (ADE dan SAAD)
“Merdeka itu… Memerdekakan Masyarakat dari Kegelapan” (Hunggul, 2018)