BP2LHK Makassar (03-08-2018)_Pulau Sumba merupakan sebuah pulau di Nusa Tenggara Timur, dimana titik tertingginya yaitu Gunung Wanggameti (1.225 m/dpl). Pulau Sumba ini layaknya permata tersembunyi dengan keindahan alamnya yang memukau. Perjalanan dimulai ketika kami mendarat di Bandara Tambolaka di Sumba Barat Daya. Perjalanan Sumba Barat Daya ke Sumba Timur di tempuh selama kurang lebih 4 jam. Tim Mikrohidro Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar yang bekerja sama dengan Balai Taman Nasional Manupeu Tanah Daru dan Laiwangi Wanggameti (BTN Matalawa) menyusuri indahnya bukit Tanarara yang terletak di sepanjang perjalanan menuju ke Sumba Timur.
Dingin, itulah kalimat awal ketika kami sampai di Laironja, Desa Wanggameti, Sumba Timur. Laironja adalah dusun yang menjadi salah satu rencana lokasi pembangunan PLTMH. Angin dan suhu yang dingin memaksa kami harus mengenakan jaket meskipun pada siang hari.
Selanjutnya kami melakukan kunjungan ke rumah kepala desa Wanggameti dalam rangka sosialisasi dan koordinasi pembangunan PLTMH di dusun Laironja. Di malam hari, kami mengadakan pertemuan dengan warga dusun Laironja Desa Wanggameti untuk perkenalan, sosialisasi dan menanyakan kesiapan warga dusun Laironja dalam pembangunan listrik PLTMH. Masyarakat siap dan setuju, karena yang diimpikan selama ini akhirnya akan terwujud melalui kegiatan pembangunan PLTMH yang di prakarsai oleh BTN Matalawa yang bekerja sama dengan Litbang LHK Makassar.
Kegiatan awal yaitu pengecekan potensi lokasi di sungai Waimuru, ada beberapa hal yang menarik dari keberadaan sungai Waimuru ini, yaitu ada beberapa pamali atau pantangan bagi warga desa, contohnya tidak boleh mandi di air terjun sungai, tidak boleh melempar batu dari atas air terjun dan juga tidak boleh menangkap belut “apu” di sungai yang apabila kita melanggar bisa terkena petaka berupa sakit bahkan sampai kematian. Potensi pengembangan PLTMH di sungai Waimuru ini layak dijadikan pembangkit listrik tenaga mikrohidro yang berkapasitas hingga 5.000 watt untuk memenuhi sekitar 35 rumah warga dusun Laironja desa Wanggameti.
Untuk menunjang data, dilakukan pengambilan data sosial ekonomi masyarakat calon penguna listrik PLTMH, sehingga ada perbandingan data antara sebelum dan setelah adanya listrik di dusun Laironja Desa Wanggameti.
Perjalanan dilanjutkan ke Desa Mahaniwa, berjarak kurang lebih 1 jam dari dusun Laironja. Di Mahaniwa kami tinggal di rumah masyarakat dan kami disambut oleh keceriaan anak-anak desa Mahaniwa. Kami berkoordinasi dengan aparat desa Mahaniwa tentang rencana pembangunan listrik PLTMH. Hasil pengecekan potensi pengembangan PLTMH pada rencana lokasi layak untuk pembangunan PLTMH dengan kapasitas hingga 40.000 watt untuk memenuhi kebutuhan sekitar 65 rumah di desa Mahaniwa.
Setelah itu, kami lanjutkan dengan pertemuan seluruh masyarakat desa Mahaniwa dalam rangka menanyakan kesediaan dan kesiapan untuk berpartisipasi dalam membantu pembangunan listrik PLTMH di desa Mahaniwa. Adapun hasil dari pertemuan tersebut, masyarakat siap dan setuju berpartisipasi dalam pembangunan PLTMH.
Pengambilan data sosial ekonomi masyarakat juga kami lakukan di desa Mahaniwa yang berjalan dengan lancar atas bantuan beberapa warga desa yang ikut menemani. Sehingga data sebelum dan setelah adanya PLTMH di desa Mahaniwa juga dapat diketahui.
Setelah semua selesai, kami kembali ke kantor BTN Matalawa untuk pembahasan pertemuan hasil di lapangan dan diharapkan semoga di tahun ini pembangunan listrik PLTMH di kedua desa tersebut bisa terealisasi. (Saad dan Ade S).