BP2LHK Makassar (17/09/2018)_Menurut Wikipedia, xylarium adalah herbarium yang mengkhususkan pada bahan spesimen kayu. Sedangkan menurut Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan (P3HH), xylarium adalah satuan kerja yang bertugas mengumpulkan dan menyimpan contoh kayu dari berbagai jenis pohon. Salah satu fungsi dan kegunaan xylarium ini adalah sebagai sarana penunjang penelitian ciri anatomi dan taksonomi tumbuhan berkayu, selain itu juga xylarium dapat digunakan untuk menunjang bidang forensik dalam menangani perkara dimana kayu sebagai barang buktinya.
Dibantu dengan Indonesia yang merupakan Negara megadiversitas dan memiliki hutan tropis yang begitu luas sehingga keragaman hayati dari hutan tropis salah satunya kayu memiliki kurang lebih 4.000 jenis kayu. Maka dari itu dengan memangfaatkan hal tersebut Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BP2LHK) Makassar ikut untuk mengukir sejarah dan mengumpulkan jenis kayu.
Menurut Muhammad Azis Rakhman, S.Hut selaku Kepala Seksi Sarana Penelitian Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar menerangkan bahwa “BP2LHK Makassar diberi tugas untuk membuat 1.000 buah xylarium yang berasal dari minimal 10 jenis pohon endemik Sulawesi. Saat ini sudah 14 (empat belas) sampel xylarium yang telah dikirim ke Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Bogor yaitu Pinus (Pinus merkusii Jungh.), Cemara (Casuarina equisetifolia), Suren (Toona sureni Merr.), Mahoni (Swietenia mahagoni), Mangium (Acacia mangium), Jati (Tectona grandis), Bitti (Vitex cofassus), Sengon (Paraserianthes falcataria), Mangga (Mangifera indica), Gmelina (Gmelina arborea Roxb.), Nyamplung (Calophyllum inophyllum), Kayu Kuku (Pericopsis mooniana THW), Nangka (Artocarpus heterophyllus) dan Filisium (Filcium decipiens) dimana kekurangan sampel xylarium ini masih dalam tahap pengerjaan di kantor BP2LHK Makassar.”
Persyaratan pembuatan bahan xylarium yang ditetapkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan yaitu pada pohon berdiri, sampel kayu diambil pada bagian manapun termasuk cabang dengan ukuran panjang 7 cm, lebar 5 cm dan tinggi 5 cm yang diambil dari garis tengah kayu. Dibuatkan juga tabel data koleksi spesimen kayu berupa informasi tentang xylarium ini berupa daerah asal xylarium, pengumpul, tanggal pengambilan sampel, no herbarium, no sampel kayu, no unik xylarium, suku, nama botani dan keterangan lain dari xylarium.
Haris Said, S.Hut, M.Hut selaku staf dari seksi Sarana Penelitian menjelaskan bahwa “pembuatan xylarium ini sangat bermanfaat bagi koleksi jenis kayu di Indonesia, dimana saat ini Indonesia urutan ke 4 dunia dengan jumlah koleksi 67.864 sampel kayu yang terdiri dari 110 suku, 785 marga dan 3.667 spesies, masih kurang 70.000 spesies lagi untuk menjadi peringkat nomor 1 dunia. Menurut P3HH, jumlah koleksi kayu terbanyak kini dipegang oleh Negara Belanda dengan 125.000 spesimen, kemudian diikuti oleh Negara USA 105.000 spesimen dan Negara Belgia dengan 69.000 spesimen.”
Semoga diharapkan dengan beberapa sampel xylarium yang dikirim oleh BP2LHK Makassar ini dapat memperkaya bahan xylarium Indonesia yang telah dikumpulkan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, sehingga sampel koleksi kayu Indonesia bisa bertambah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan juga berharap bantuan dan dukungan xylarium dari berbagai pihak, khususnya dari seluruh UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan, KPH, HPH, HTI, Perguruan Tinggi, Industri Perkayuan dan seluruh masyarakat Indonesia untuk membantu dalam mewujudkan Indonesia menjadi peringkat nomor 1 Xylarium di dunia. ***(ADE)