BP2LHK Makassar (Makassar,22/11/2017)_Menjelang akhir tahun, November 2017, BPDASHL Barito di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, memesan 6 unit ATHUS (Alat Takar Hujan Sederhana) inovasi hasil litbang Balai Litbang LHK (BP2LHK) Makassar. ATHUS adalah alat penakar curah hujan sederhana yang direkayasa dan dikembangkan di BP2LHK Makassar mulai tahun 2005.
Giri Suryanta, S.Si, M.Sc, Kepala Seksi Evaluasi BPDASHL Barito menyatakan bahwa data hujan di bagian hulu DAS Barito sangat terbatas dan sulit didapat. Jangkauan penakar hujan dari berbagai instansi belum menjangkau kawasan hulu DAS. Di sisi lain, data hujan di hulu DAS merupakan parameter vital dalam evaluasi kondisi DAS maupun perencanaan bangunan-bangunan konservasi dan pembangunan sistem peringatan dini bencana banjir dan longsor.
Pengadaan ATHUS dilakukan untuk memenuhi kebutuhan data hujan di wilayah kerja BPDAS Barito dalam rangka perencanaan dan evaluasi kinerja DAS Barito sebagai bagian dari tugas dan fungsinya selaku UPT dari Direktorat Jenderal Pengelolaan DAS dan Hutan Lindung.
“Kami memilih ATHUS karena mudah operasionalnya, ringan, tepat guna, produksi dalam negeri dan harganya murah,” kata Giri ketika ditanyakan alasan pemilihan ATHUS.
”Selain itu, penggunaan ATHUS ini juga sebagai wujud sinergi antara badan litbang dan Inovasi dengan kami selaku instansi teknis di KLHK demi kemajuan negeri,” ungkap Giri.
Sebagai Inovator dari ATHUS, Hunggul Y.S.H Nugroho, peneliti BP2LHK Makassar bidang Hidrologi dan Konservasi Tanah menjelaskan keunggulan ATHUS.
”Tidak seperti alat penakar hujan manual yang ada selama ini (ombrometer) yang terbuat dari besi dan alumunium dan pengukuran curah hujannya memerlukan gelas ukur, ATHUS terbuat dari pipa PVC yang ringan dan pada saat pengukuran tidak lagi diperlukan gelas ukur karena volume air hujan dapat dibaca langsung melalui pipa transparan di luar tabung,” jelas hunggul.
Hunggul menambahkan bahwa keunggulan ini juga telah diakui oleh Kementerian Riset dan Teknologi sehingga pada tahun 2012 ATHUS mendapatkan penghargaan sebagai salah satu dari 102 Inovasi Paling Prospektif di Indonesia pada kompetisi inovasi yang diselenggarakan oleh BIC (Business Inovation Centre).
Pengakuan ini diberikan karena selain sederhana, murah dan mudah dibuat, ATHUS juga dirancang untuk dapat mengatasi kendala kekurangan data dan informasi hujan yang cepat dalam perencanaan pengelolaan sumberdaya alam dan mitigasi banjir dan longsor.
Selain pengakuan dari Kemenristek, pengakuan keunggulan ATHUS juga terlihat dari dimasukkannya ATHUS sebagai alat yang direkomendasikan untuk digunakan pada kegiatan inventarisasi sumberdaya air di kawasan konservasi dan hutan lindung dalam Peraturan Dirjen PHKA Nomor No P.07/IV-Set/2014 tentang Pedoman Inventarisasi Sumberdaya Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam serta Hutan Lindung.***HYS