Oleh : Ir. Hunggul Yudono SHN, M.Si
Microhydro electric adalah pembangkit listrik skala kecil/mini (<1 mW) yang dibuat di daerah hulu DAS dengan menggunakan sumber tenaga dari aliran sungai. Listrik murah ini dioptimalkan untuk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar hutan. Dalam sudut pandang kepentingan kehutanan, tujuan pembangunan microhydro electric adalah membangun perekat hubungan positif antara hutan dan masyarakat dan ditujukan untuk meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat di dalam dan sekitar hutan untuk secara swadaya menjaga dan melestarikan fungsi hutan. Kelestarian fungsi hutan ini akan menjamin kontinuitas hasil air yang akan bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri (on site) maupun masyarakat di bagian hilirnya (off site).
Pembangunan Unit Pembangkit Listrik Tenaga Air Skala Kecil merupakan bentuk pengelolaan hutan berbasis masyarakat (Community Based Forest Management) dengan tujuan mempererat hubungan antara hutan dan masyarakat di sekitar hutan. Dengan kegiatan ini diharapkan dapat terwujud secara nyata manfaat dari hubungan timbal balik positif antara hutan dan masyarakat yang langsung dapat diterima dan dipahami dengan mudah oleh masyarakat. Dengan adanya manfaat yang langsung (instant benefit) pada masyarakat, maka upaya mendorong partisipasi masyarakat dalam pembangunan kehutanan dapat diwujudkan lebih optimal.
Dari sisi peluang dan sumbangan terhadap pembangunan nasional, data yang ada menunjukkan dari 70.611 desa di Indonesia, ± 30.000 desa diantaranya belum dialiri listrik. Kondisi ini disebabkan antara lain karena : tidak memiliki SDA atau SDA yg ada tidak dimanfaatkan secara optimal, kualitas SDM relatif rendah dan sarana prasarana yang terbatas. Data yang lain menunjukkan dari 199 kabupaten tertinggal, 30% diantaranya dalam 5 – 10 tahun mendatang masih tidak mungkin mampu dialiri listrik oleh PLN. Dari sisi teknis, microhydro merubah tenaga yang dihasilkan oleh aliran sungai kecil mejadi energi listrik secara bersih dan ramah lingkungan. Microhydro sangat ideal sebagai solusi pemenuhan energi listrik untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh PLN, seperti daerah-daerah terpencil, daerah pegunungan sekitar kawasan hutan.
Secara teknis peluang membangun microhydro di sekitar kawasan hutan sangat besar. Asal ada air yang mengalir dan beda ketinggian, listrik dapat dihasilkan. Pada umumnya potensi air di sekitar hutan di hulu-hulu DAS melimpah sepanjang tahun dan topografi yang bergunung-gunung memungkinkan adanya beda ketinggian.
Penggunaan microhydro memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam penghematan energi dan memberikan kontribusi terhadap perbaikan lingkungan karena secara langsung mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang umum digunakan dalam industri listrik konvensional yang memberikan kontribusi terhadap polusi udara, hujan asam dan efek rumah kaca.
Salah satu keunggulan tenaga air mini adalah jaringan distribusi yang efisien dan hampir tidak beresiko. Pembangkit listrik tenaga air berskala besar sering menimbulkan masalah lingkungan dan sosial, terutama di daerah yang secara ekologis peka dan yang berpenduduk padat. Masalah lain yang seringkali timbul adalah pembangunan jaringan distribusi yang dari sisi ekonomi tidak selalu efisien.
Dari sisi biaya, dengan biaya yang relatif murah, kehutanan dapat mengoptimalkan hasil air dari hutan untuk mensejahterakan masyarakat sekitar hutan dan menjadi perekat masyarakat untuk menjaga kelestarian hutan demi kelangsungan suplai air sebagai sumber pembangkit listrik mereka.
Kisaran biaya pembangunan microhydro (perhitungan akhir tahun 2007) adalah Rp. 50 juta – Rp. 100.000,- untuk kapasitas daya optimal 10.000 – 20.000 watt (± Rp. 5 jt /Kilo Watt (KVA) dan dapat memenuhi kebutuhan listrik untuk 80 – 160 rumah masyarakat di pinggir hutan. Pada kondisi tertentu biaya bisa meningkat atau berkurang tergantung pada desain unit turbin, kondisi fisik lokasi (debit air, beda tinggi, panjang saluran, dll) dan panjang jaringan kabel (jarak dari unit turbin ke pemukiman. Kegiatan ini bisa disinergikan dengan kegiatan GNRHL, RLKT atau pemberdayaan masyarakat sekitar hutan.
Microhydro rancangan Balai Litbang Kehutanan Makassar dibuat dalam konteks yang utuh termasuk didalamnya pemberdayaan kelompok masyarakat pengguna turbin.
Pembangunan microhydro sebagai bagian dari pembangunan kehutanan telah diekspose dalam berbagai seminar maupun gelar teknologi di berbagai tempat (Jakarta, Bogor, Yogyakarta, Surabaya, Ternate, Manokwari, Gorontalo, Makassar, Kendari, Gowa, Tana Toraja) dan mendapatkan tanggapan positif dalam bentuk permintaan pembangunan muncul dari berbagai pihak. Beberapa unit microhydro telah dibangun oleh BPK Makassar (dan BP2TPDAS IBT), antara lain dua unit dari biaya penelitian (LITBANG) di bangun di Malino (Kabupaten Gowa) dan Mangkendek (Kabupaten Tana Toraja), satu unit dengan biaya dari Balai Diklat Makassar di bangun di KHDTK Tabo-Tabo (Kabupaten Pangkep) dan satu unit dibiayai Balai KSDA Palu di bangun di TWA Weera, Palu. Sampai dengan saat ini pengamatan efektifitas konsep yang dikembangkan terus dilakukan. Dari beberapa indikator yang diamati menunjukkan bahwa konsep yang dibangun berjalan pada track yang direncanakan dan bisa dilihat secara nyata : antusiasme yang tinggi dari masyarakat untuk gotong royong dan berkumpul dalam kelompok.
Yth. Redaktur
Ada data dan foto terbaru mengenai Judul ini yang bisa digunakan untuk updating data dan informasi. Saya akan kirimkan segera
Thanks dan sukses selalu
Kami tunggu datanya pak. Terima kasih.
Assalamualaikum, WrWb
saya tertarik untuk bekerja sama dalam pengembangan mikrohidro di kabupaten kolaka….
jika berkenan saya dapat info kontak person yang bisa saya hubungi
terima kasih sebelumnya..
wassalam,
Dwi Dharma
Kabid LITDALAP Bappeda Kolaka
081312359159