BP2LHK Makassar – Pada tahun 2021 ini, Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar (BP2LHK Makassar) melaksanakan kegiatan Prioritas Nasional yang bertajuk “Aplikasi IPTEK dalam Pengembangan Pemanfaatan Bambu di KHTK Mengkendek”. Untuk mencapai sasaran kegiatan tersebut Tim Peneliti Sosek BP2LHK Makassar melaksanakan kegiatan “Workshop Pemanfaatan Bambu Sebagai Bahan Baku Kerajinan di KHDTK Mengkendek Kabupaten Tana Toraja”, pada tanggal 18 Juni 2021 lalu. Workshop ini dilaksanakan di Ruang Pertemuan KHDTK Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan.
Kegiatan ini merupakan tindak lanjut dari diskusi multipihak yang telah dilakukan sebelumnya. Yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam memanfaatkan bambu dan limbah bambu sebagai bahan baku kerajinan guna mendukung ekowisata di Kabupaten Tana Toraja. Dengan memiliki keterampilan mengolah bambu menjadi barang kerajinan, maka ada peluang alternatif pendapatan bagi masyarakat.
Workshop diikuti oleh 20 orang peserta yang terdiri dari pengurus dan anggota KTH Siangkaran, masyarakat sekitar KHDTK Mengkendek, karyawan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Tana Toraja, dan pengelola KHDTK. Narasumber yang dihadirkan adalah Drs. Enos Lody yang merupakan pensiunan karyawan Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Tana Toraja yang telah memiliki pengalaman memberikan pelatihan kerajinan bambu.
Workshop dibuka oleh Bapak Israel Rante Allo selaku Lurah Tampo. “Saya selaku Lurah Tampo mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Tim Peneliti BP2LHK Makassar yang telah menyelenggarakan pelatihan pemanfaatan bambu sebagai bahan kerajinan ini secara gratis, ujar Israel sebelum membuka acara workshop ini. Israel juga menjelaskan bahwa potensi bambu dan limbah bambu dari pesta adat di Toraja melimpah tapi belum dimanfaatkan secara optimal, sehingga masyarakat perlu dimotivasi dan ditumbuhkan semangatnya untuk belajar mengolah bambu menjadi produk kerajian yang bernilai ekonomi, walaupun sekarang masih dalam suasana pandemi tapi jangan menjadi halangan untuk masyarakat untuk tetap produktif.
Setelah pembukaan acara dilanjutkan dengan penjelasan mengenai maksud dan tujuan kegiatan oleh Nur Hayati selaku penanggung jawab aspek kegiatan sosek kelembagaan. Sebelum masuk ke acara workshop, dilakukan pengisian kuesioner oleh peserta untuk melihat wawasan dan pemahaman tentang bambu sebelum pelatihan. Pengisian kuesioner ini juga dilakukan setelah pelatihan untuk melihat peningkatan pemahaman peserta pada pengelolaan bambu.
Acara inti pelatihan membuat produk kerajinan bambu diawali dengan pemaparan oleh narasumber mengenai tanaman bambu secara umum. Selain itu Enos juga menjelaskan bahwa untuk pengembangan industri kerajinan bambu di Kecamatan Mengkendek, masyarakat perlu diarahkan pada “one product one village” artinya satu produk satu desa, sehingga jadi ada ciri khas masing-masing daerah. Sementara itu produk kerajinan yang dihasilkan dapat dipasarkan di tempat wisata yang ada di Toraja. ‘’Permasalahan yang sering dihadapi selama ini adalah belum ada kesadaran masyarakat bahwa bambu dapat sumber pendapatan potensial dan masih kurangnya pelatihan pembuatan souvenir di masyarakat”, jelas Enos dalam pemaparan materinya. Penyampaian materi dilakukan dengan santai dan rileks disertai dengan beberapa kalimat bahasa lokal, sehingga peserta dapat memahami dengan lebih baik.
Setelah mendengarkan pemaparan materi, peserta mulai mencoba membuat mangkuk dari bambu dengan dipandu oleh narasumber. Para peserta sangat antusias membuat mangkuk dari bambu karena pengerjaannya yang relatif mudah dan hasilnya unik. Peserta workshop ini tidak hanya peserta pria, namun para ibu juga sangat lincah mengamplas, merekatkan bilah bambu dan mengoperasikan gurinda.
“Saya sangat senang dengan adanya pelatihan ini karena sangat bermanfaat dan menambah ilmu tentang cara membuat kerajinan dari bambu”, kata Selfi Inga, salah satu peserta wanita yang ikut dalam pelatihan ini.
“Pembuatan mangkuk ini paling bagus bila memakai bambu apus, namun bisa juga digantikan dengan bambu talang yang banyak ditanam di kebun ibu dan bapak. Pilih bambu talang yang tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, untuk mendapatkan bahan baku yang tepat,” demikian Enos menjelaskan sekaligus memotivasi peserta pelatihan agar mencoba membuat sendiri di rumah, dengan memanfaatkan bambu talang yang ada di kebun masing-masing.
Di akhir sesi pelatihan, Enos memberikan review dan masukan mengenai hasil pekerjaan para peserta agar semakin baik jika ingin praktik lagi di rumah. ***IND & NH.