BP2LHK Makassar (26-03-2018)_Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul) memiliki daya tarik sendiri dikarenakan TN Babul merupakan habitat bagi banyak spesies kupu – kupu . Dan salah satu areal terfavorit di TN Babul adalah bantimurung yang mungkin kita sering dengan julukan The Kingdom Of Butterfly yang ternyata julukan yang diberikan oleh Alfred Russel Wallace yang merupakan seorang Naturalis dan ahli antropologi yang terkenal dengan teori evolusi melalui seleksi alam.
Alfred Russel Wallace memberikan julukan tersebut karena saat mendatangi tempat tersebut (Bantimurung) Ia menjumpai banyak jumlah dan jenis kupu-kupu di areal tersebut dan itu terbukti dengan data dari yang sudah dirilis oleh TN Babul bahwa jumlah spesies kupu di areal itu berjumlah 200 spesies.
Banyaknya spesies kupu-kupu yang terdapat disana menjadikan kupu-kupu menjadi representasi utama di TN Babul. Bagi TN Babul, kupu-kupu merupakan salah satu keunikan, keindahan yang sangat bernilai dan sangat berharga karena keberadaan kupu-kupu sudah membangun citra TN Babul sejak awal ditunjuknya TN Babul.
Menjadikan kupu-kupu sebagai atraksi wisata utama merupakan salah satu tantangan yang harus dihadapi oleh pengelolah TN Babul dikarenakan kupu-kupu yang terdapat disana sudah mulai sulit dijumpai pada saat menjelang siang sekitar jam 10.00 padahal wisatawan umumnya datang pada waktu tersebut.
Indra Ardi S.L.P.P, S.Si, M.Sc Peneliti Balai Penelitian dan Pengembangan Lingkungan dan Kehutanan Makassar (BP2LHK) mengatakan bahwa “ Kupu-kupu hanya dapat dijumpai dalam jumlah yang lumayan banyak hanya pada saat tertentu saja, misal pada waktu pagi hari, saat mayoritas wisatawan belum mendatangi objek wisata tersebut.”
Terkait hal tersebut Peneliti Litbang LHK melakukan sebuah penelitian untuk mengetahui daya tarik kupu- kupu bagi wisatawan TN Babul yang berbarengan dengan dengan kegiatan pengumpulan data jumlah dan jenis kupu-kupu maka dilakukanlah kegiatan wawancara terhadap wisatawan.
Pengumpulan data jenis dan jumlah kupu – kupu dilakukan para peneliti dengan menggunakan metode pollard walk transect yaitu para pengamat berjalan bersama menelusuri jalur yang telah ditentukan dan mencatat jumlah dan jenis kupu-kupu yang dijumpai.
Melalui peneltiian yang dilakukan oleh para peneliti Litbang LHK dan didapatkan data bahwa Saat matahari makin meninggi biasanya setelah pukul 09.30, suhu udara di OWA Bantimurung mulai meningkat, maka kupu-kupu akan semakin berkurang baik jumlah individu dan jumlah spesiesnya.
Bagi wisatawan baik yang ke OWA Bantimurung maupun ke Sanctuary kupu-kupu berpendapat bahwa kupu-kupu adalah serangga yang menarik dan daya tarik utamanya terdapat pada warnanya. Meskipun demikian terlihat hanya terlihat sedikit wisatawan yang memotret kupu-kupu di dome besar yang terletak di Sanctuary kupu-kupu karena sangat minim bahkan kadang tidak dijumpai kupu-kupu di areal tersebut.
“Kondisi seperti itu harus dicermati dengan baik oleh pengelola Objek wisata tersebut mengingat tujuan awal dibangunnya dome besar tersebut adalah sebagai lokasi penangkaran kupu – kupu terbesar di dunia.” Ungkap Indra.
“Pihak pengelola harus mengupayakan peningkatan kehadiran kupu-kupu di objek wisata untuk semakin memperkuat ciri sebagai kerajaan kupu-kupu dan menjadi ciri pembeda utama antara objek wisata yang ada di TN Babul dengan objek wisata yang ada di tempat lain.” Tambahnya.
Jika memanfaatkan kekayaan kupu – kupu yang melimpah tersebut dapat dilakukan dengan baik terutama menghadirkan kembali keindahan ribuan ekor kupu-kupu tanpa memandang waktu atau musim maka hal tersebut dapat meningkatkan daya tarik wisatawan dan menjadikan TN Babul sebagai satu-satunya taman nasional yang bercirikan kupu-kupu. ***(IKI)