• Home
  • Tentang Balai
    • Tentang Balai
    • Struktur Organisasi
    • Sumber Daya Manusia
    • Sarana dan Prasarana
      • Sarana dan Prasarana
      • KHDTK
        • KHDTK
        • KHDTK Borisallo
        • KHDTK Malili
        • KHDTK Mengkendek
      • Laboratorium Lingkungan
  • Program
    • Program
    • Arboretum Sahabat Anak (ASA)
    • Zero Waste Community
    • Sinergi KHDTK
  • Instand BPSILHK Makassar
    • Instand BPSILHK Makassar
    • NSPK
    • Kegiatan BPSI
      • Kegiatan BPSI
      • Seksi Pemantauan
      • Seksi Pengujian
Log In
Header Image

  • Home
  • Tentang Balai
    • Struktur Organisasi
    • Sumber Daya Manusia
    • Sarana dan Prasarana
      • KHDTK
        • KHDTK Borisallo
        • KHDTK Malili
        • KHDTK Mengkendek
      • Laboratorium Lingkungan
  • Program
    • Arboretum Sahabat Anak (ASA)
    • Zero Waste Community
    • Sinergi KHDTK
  • Instand BPSILHK Makassar
    • NSPK
    • Kegiatan BPSI
      • Seksi Pemantauan
      • Seksi Pengujian

Teknik Pembebasan Tegakan Tinggal Pada Areal Bekas Tebangan di Sulawesi

Teknik Pembebasan Tegakan Tinggal Pada Areal Bekas Tebangan di Sulawesi

Ruben Renden

I. PENDAHULUAN

 A.   Latar Belakang

Indonesia mempunyai hutan alam produksi yang akhir akhir ini mengalami kerusakan akibat penebangan kayu secara berlebihan dimana sebagian besar dilakukan tanpa izin (illegal logging). Fenomena ini terjadi sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hidup kemudian diimbangi dengan bertambahnya industri pengolahan kayu yang begitu cepat didalam negeri beberapa dekade terakhir serta maraknya praktek penyelundupan kayu ke luar negeri. Para penebang hutan umumnya mengabaikan kelestarian hutan tanpa kewajiban melakukan penanaman kembali. Pada periode lima tahun terakhir ditandai oleh penjarahan yang semakin marak terhadap hutan termasuk hutan lindung dan taman nasional (Transtoto, 2005).

Hasil rekalkulasi pada tahun 2000 terhadap hutan alam produksi menunjukkan bahwa hutan alam promer sekitar 20,2 juta ha, hutan bekas tebangan berkondisi sedang sampai baik berkisar sekitar 14,5 juta ha, hutan rusak, tanah kosong dan lain lain seluas 15,3 juta ha. (Dep.Hut dan Sumarna, 2002). Menurut Iskandar dan Agung dalam Badan Planologi Dephut 2003, kerusakan hutan telah mencapai 59,62 juta ha dari luas total hutan 120,34 juta ha. Kerusakan tersebut terdiri dari hutan produksi 44,42 juta ha, hutan lindung 10,52 juta ha, hutan konservasi 4,69 juta ha, dimana laju kerusakan hutan mencapai 3,8 juta ha per tahun atau setiap menit hutan seluas 6 lapangan bola lenyap. Akibat langsung dari kerusakan hutan adalah menurunnya produksi kayu bulat Indonesia. Data dari Ditjen Bina Produksi Kehutanan dalam strategi kehutanan 2004 menunjukkan produksi kayu bulat Indonesia selama lima tahun terakhir mengalami penurunan produksi yaitu tahun 1999 menghasilkan 20.619.942 m³, tahun 2000 menghasilkan 13.798.240 m³, tahun 2001 menghasilkan 10.510.400 m³ dan tahun 2002 menghasilkan 8.659.968 m³.

Mengembalikan fungsi hutan alam produksi sebagai penghasil kayu bulat dipandang perlu untuk mengetahui kondisi hutan saat ini khususnya areal areal bekas tebangan. Pendataan jenis dilakukan untuk mengetahui jumlah dan sebaran permudaan didalam tegakan tinggal, luas dan letak tanah kosong (lebih besar dari 1 ha) yang memerlukan pengayaan atau rehabilitasi.

 B.   Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik pembebasan tegakan tinggal pada areal bekas tebangan di Sulawesi.

 C.   Luaran

Luaran dari penelitian ini adalah Informasi hasil inventarisasi pada areal bekas tebangan, Informasi hasil inventarisasi pada areal belum ditebang, Teknologi pemeliharaan jenis-jenis komersial di persemaian, Teknologi model pemeliharaan bekas areal tebangan, Teknologi penerapan teknik pemeliharaan pada areal bekas tebangan.

II.    METODOLOGI PENELITIAN

 A.   Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada areal bekas tebangan PT Inhutani I Makassar  di Mamuju. Waktu penelitian selama 5 tahun mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.

 B.   Alat dan Bahan Penelitian

Obyek penelitian adalah hutan alam produksi bekas tebangan, yang diamati untuk mengetahui penyebaran permudaan alam pada berbagai fase pertumbuhan mulai dari tingkat semai, pancang, tiang dan pohon.

Alat dan bahan yang digunakan adalah : kompas, meteran, pita meter, haga meter, parang, caliper, tali rafia, termohygro meter, lux meter, altimeter, ph meter, tally sheet, alat tulis, alat hitung, bahan kimia (Touch Down, BMA 73), Aquades dan perlengkapan lainnya.

 C.   Rancangan Penelitian

Pengamatan permudaan alam dilaksanakan dengan metode sensus 100% dalam plot pengamatan yang berukuran 50 x 50 m (0,25 ha). Dalam plot dicatat jenis, tinggi dan diameter jenis jenis vegetasi.

Ukuran masing masing petak petak perlakukan adalah 0,25 hektar, sehingga diperoleh 12 petak perlakuan untuk seluruh pengamatan.

Pemeliharaan jenis jenis komersial pada areal tegakan sisa dilakukan dengan menggunakan rancangan acak lengkap dalam kelompok, dimana satuan tingkatan dosis bahan kimia sebagai unit percobaan sedangkan satuan petak dalam kelompok (kondisi topografi yang berbeda) menjadi ulangan. Pengamatan peermudaan jenis jenis komersial dilakukan dengan mengukur tinggi dan diameter pada tingkat permudaan semai, sedangkan tingkat pancang sampai tingkat tiang pertumbuhan diamati lewat pengukuran diameter setinggi dada (direncanakan pengamatan pertumbuhan ini dilakukan setengah daur pohon).

Pengamatan terhadap pohon yang dimatikan dengan racun, dilakukan dengan menggunakan interval waktu 3 bulan, kemudian dicatat tingkat kematian dan jenis pohon.

 D.   Parameter yang diamati

Pengumpulan data dilakukan dengan mengukur peubah peubah pohon sebagai  berikut:

  1. Untuk tingkat anakan (seedling) dihitung banyaknya jenis dan banyaknya anakan setiap jenis.
  2.  Untuk tingkat sapihan (sapling) dihitung banyaknya jenis dan jumlah sapihan setiap jenis.
  3. Untuk tingkat tiang (pols) dihitung banyaknya jenis, banyaknya permudaan setiap jenis, diameter diukur setinggi dada (130 cm) dan tinggi total.
  4. Untuk tingkat pohon (trees) dihitung banyaknya jenis, banyaknya pohon setiap jenis, diameter setinggi dada dan tinggi bebas cabang.

 E.   Analisis Data

Dari data pertumbuhan tinggi dan diameter jenis jenis komersial dianalisis dengan menggunakan uji ANOVA kemudian apabila hasil uji menunjukkan pengaruh yang nyata maka perlakuan yang terbaik akan diperoleh lewat uji BNJ.

Data pengamatan terhadap kematian pohon yang diracun dibuat dalam bentuk tabel dan selanjutnya dianalisis dengan cara deskriptif.

<<<kembali

<center><a href='http://makassar.bsilhk.menlhk.go.id/'>Copyright (c) 2017 BPSILHK Makassar </a></center>