Potensi dan Sebaran Eboni (Diospyros celebica Bakh.) di Sulawesi
Merryana Kiding Allo
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diospyros celebica Bakh. yang dikenal dengan nama eboni adalah golongan kayu hitam yang ditandai dengan strip (pola bergaris) yang lurus bergelombang ringan dan sejajar, dengan kombinasi warna hitam dan coklat kehitam-hitaman, coklat kemerah-merahan dan coklat kehitam-hitaman. Merupakan kekayaan alam Sulawesi yang berada di wilayah Wallacea, yang tidak dapat dijumpai di tempat lain di dunia. Secara alami penyebarannya hanya dijumpai di Sulawesi. Tingginya harga kayu eboni menyebabkan terus dieksploitasi tanpa mengindahkan aturan dan sanksi yang telah ditetapkan.
Dalam kondisi habitat yang makin terbatas oleh desakan-desakan kebutuhan lahan dan kebutuhan hidup yang makin meningkat menyebabkan keberadaan populasi eboni di alam makin menurun. Perubahan atas lingkungan tentunya dapat merubah penyebaran species dan sifat interaksi ekologik antara tumbuhan dengan lingkungannya dan bahkan dapat berakibat pada punahnya vegetasi alami. Kesuburan lahan dan kestabilan tanah pun ikut terancam, terutama pada wilayah yang pembangunannya terhambat akibat kemiskinan. Penerapan teknik pengelolaan yang baik diharapkan dapat memulihkan kondisi habitat ke tingkat yang lebih aman sehingga secara alami populasi eboni dapat bertahan hidup dan berkembang dalam jangka panjang. Pemulihan populasi (population recovery) dilakukan antara lain untuk mengeliminir faktor-faktor penghambat maupun faktor penyebab menurunnya populasi. Faktor-faktor tersebut adalah faktor alami (daya dukung alaminya), faktor manusia dan tidak kalah pentingnya adalah partisipasi pemerintah.
Soenarno (1996) mengemukakan bahwa sebaran kayu eboni bernilai tinggi hanya ditemui di Prop. Sulawesi Tengah pada wilayah Kab. Poso, Donggala dan Parigi. Coraknya paling indah dengan kayu teras berwarna hitam bergaris kemerah-merahan. Asdar (2001 b) dalam penelitiannya terhadap kualitas kayu teras eboni asal Kab. Donggala memiliki BD 0,98 dengan warna kayu gubal putih kelabu sampai coklat muda kemerah-merahan dengan kayu teras bercorak garis-garis sejajar berwarna coklat dan hitam berselang-seling dengan pola garis jarak relatif teratur sekitar 1 mm – 5 mm. Sedangkan kayu eboni yang berasal dari Kab. Luwu memiliki BD 0,92 dengan kayu gubal berwarna kuning kemerah-merahan sampai merah kecoklatan dengan kayu teras bercorak garis-garis sejajar berwarna hitam dan coklat berselang seling. Pola garis jarak tidak teratur yang berjarak tidak teratur terkecil 1 mm sehingga coraknya didominasi oleh warna hitam.
Adanya perbedaan kualitas kayu eboni diperkuat oleh Bradshaw et al dalam Fitter dan Hay (1992), bahwa pada sejumlah jenis akan memberikan respons yang kontinyu dalam pembudidayaannya dalam kondisi ketersediaan nitrogen yang tinggi, namun banyak pula jenis yang dapat beradaptasi dengan baik pada habitat yang tidak sesuai dengan mengesampingkan persyaratan ekologis sehingga menghasilkan kualitas kayu yang rendah.
B. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persyaratan tumbuh dan sebaran jenis eboni di Sulawesi Selatan.
C. Luaran
Paket data dan informasi ilmiah tentang potensi dan pola sebaran eboni di Sulawesi Selatan
II. METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian tahun 2005 dilaksanakan pada beberapa lokasi sebaran eboni yaitu Mamuju, Mangkutana, Malili, Sidrap, Barru, Maros dan Gowa.
B. Alat dan Bahan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tally sheet, cat, kuas, label permanen, rol meter 50m, meteran 3 m dan 1 m,parang, cangkul, sekop, kantong tanah, ATK, sepatu lapangan, jas hujan, ransel, topi lapangan, handy camera, casette MP-8, memory stick Sony, altimeter, shunto, GPS, thermohigrometer,dial caliper, parang, cangkul, chainsaw, sasak herbarium, kertas koran, alkohol 70% dan label permanen.
Bahan penelitian berupa tanah yang berasal dari beberapa lokasi penelitian dan semai hingga pohon eboni pada beberapa lokasi tempat tumbu di Sulawesi Selatan.
C. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cara purposive, yaitu penentuan petak pengamatan secara langsung ditentukan sesuai dengan keberadaan pohon eboni. Karena sifat pertumbuhan eboni mengelompok, maka dalam pengukuran potensi permudaan tingkat tiang dan pohon menggunakan cara lingkaran dengan radius 17,5 m dari pohon induk yang ditunjuk. Penentuan pohon induk berdasarkan pada diameter besar, pertumbuhan sehat dan masih produktif. Potensi anakan dihitung jumlahnya berdasarkan luasan 2 m x 2m (0,0002 hektar).
Pengambilan contoh tanah pada setiap lokasi dibuat dalam bentuk profil secara komposit dalam kelompok habitat, selain itu contoh batuan juga diambil untuk dianalisis sifat dan komposisi batuannya.
Data iklim 10 tahun terakhir ditabulasi untuk selanjutnya dihitung nilai rata-ratanya per tahun setiap lokasi. Data sekunder berupa peta-peta lokasi HPH, peta kawasan pengembangan eboni, peta Geologi dan peta Tanah Prop. Sulawesi Selatan dikumpulkan sebagai bahan informasi penunjang.
Sampel kayu untuk uji ornamen kayu eboni diambil secara purposive dari masing-masing lokasi tempat tumbuh.
D. Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati dalam penelitian ini meliputi biofisik lingkungan yaitu iklim (curah hujan, temperatur udara, temperatur tanah, kelembaban, pencahayaan), topografi dan ketinggian tempat tumbuh. Sedangkan sifat fisik dan kimia tanah serta sifat dan komposisi batuan diuji di Laboratorium Balai Penelitian Tanah, Bogor.
Potensi permudaan alam mulai dari tingkat semai hingga ke tingkat pohon dan dihitung berdasarkan jumlah pohon yang dijumpai dalam petak-petak pengamatan sesuai luas kemudian ditaksir dalam jumlah pohon per hektar. Pengukuran potensi anakan dihitung berdasarkan luasan 0,0002 hektar kemudian ditaksir dalam luasan 1 hektar.
Pengujian ornamen sampel kayu dilakukan di Laboratorium Anatomi dan Fisik Mekanik, Balai Litbang Kehutanan Sulawesi.
E. Analisis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer berupa data analisa tanah, data analisa curah hujan dan iklim, data uji sampel kayu, data potensi permudaan alam eboni dianalisis secara deskriptif untuk menjelaskan kondisi masing-masing tempat tumbuh.