• Home
  • Tentang Balai
    • Tentang Balai
    • Struktur Organisasi
    • Sumber Daya Manusia
    • Sarana dan Prasarana
      • Sarana dan Prasarana
      • KHDTK
        • KHDTK
        • KHDTK Borisallo
        • KHDTK Malili
        • KHDTK Mengkendek
      • Laboratorium Lingkungan
  • Program
    • Program
    • Arboretum Sahabat Anak (ASA)
    • Zero Waste Community
    • Sinergi KHDTK
  • Instand BPSILHK Makassar
    • Instand BPSILHK Makassar
    • NSPK
    • Kegiatan BPSI
      • Kegiatan BPSI
      • Seksi Pemantauan
      • Seksi Pengujian
Log In
Header Image

  • Home
  • Tentang Balai
    • Struktur Organisasi
    • Sumber Daya Manusia
    • Sarana dan Prasarana
      • KHDTK
        • KHDTK Borisallo
        • KHDTK Malili
        • KHDTK Mengkendek
      • Laboratorium Lingkungan
  • Program
    • Arboretum Sahabat Anak (ASA)
    • Zero Waste Community
    • Sinergi KHDTK
  • Instand BPSILHK Makassar
    • NSPK
    • Kegiatan BPSI
      • Seksi Pemantauan
      • Seksi Pengujian

Penerapan Iptek Persuteraan Alam di Sulawesi Selatan

Pelaksana Kegiatan: Nurhaedah M., Nur Hayati, Hasnawir, C. Andriani Prasetyawati, Zainuddin, Abdul Qudus

ABSTRAK

Pengembangan persuteraan alam di Sulawesi Selatan sampai saat ini belum optimal dan masih memiliki beberapa kendala antara lain produktivitas ulat sutera dan kebun murbei yang masih rendah, penanganan pasca panen dan kondisi sosial ekonomi yang belum optimal. Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi hal tersebut antara lain dengan persilangan murbei unggul, rumah ulat yang memadai serta penanganan pasca panen melalui alat pengering kokon tenaga surya. Pada aspek sosial ekonomi, persuteraan alam melibatkan beberapa lembaga pemasaran sehingga perlu diketahui rantai nilai dan nilai margin pada masing-masing lembaga pemasaran. Untuk itu, diperlukan pemasyarakatan teknologi dan informasi hasil penelitian melalui penerapan iptek persuteraan alam di masyarakat agar produktivitas sutera alam dapat lebih meningkat. Tujuan umum pengembangan adalah pemasyarakatan teknologi dan informasi persuteraan alam yang dapat dijadikan sebagai bahan informasi dalam penerapan teknologi dan informasi persuteraan alam di lokasi lain dengan tujuan khusus adalah pemeliharaan dan pengamatan tanaman, finalisasi rumah ulat, pembangunan alat pengering kokon tenaga surya dan menganalisis rantai nilai produk sutera alam. Luaran pengembangan adalah demplot tanaman murbei, rumah ulat, alat pengering serta data dan informasi pertumbuhan tanaman dan rantai nilai produk sutera alam. Dampak sosial ekonomi kegiatan adalah menjalin kerjasama dengan pihak terkait dalam mendukung usaha peningkatan pendapatan petani sutera melalui penerapan teknologi persuteraan alam secara terpadu, menjadi unit ujicoba dan percontohan bagi masyarakat dalam penerapan teknologi persuteraan alam. Dampak lingkungan adalah mengoptimalkan fungsi lahan dan penggunaan energi yang ramah lingkungan serta dampak kelembagaan adalah memantapkan kelembagaan yang telah ada dilokasi pengembangan. Kegiatan pengembangan dilakukan di Desa Sering, Kecamatan Donri-Donri, Kabupaten Soppeng Sulawesi Selatan. Pengembangan tanaman murbei menggunakan rancangan faktorial dalam RCBD (Randomized Complex Block Design), pengamatan alat pengering menggunakan tabulasi nilai rata-rata sedangkan kegiatan sosial ekonomi menggunakan analisis rantai nilai. Hasil kegiatan pengembangan menunjukkan bahwa 1.) Perlakuan silvikultur berupa aplikasi pupuk nitrogen dan jamur Trichoderma sp memberikan hasil yang berbeda nyata pada variabel jumlah cabang, luas daun dan berat daun, Jumlah cabang terbanyak ada pada perlakuan silvikultur T1P0 (Trichoderma sp tanpa pupuk) dan daun terberat pada perlakuan T1P2 (Trichoderma sp dengan pupuk nitrogen 30 gr), Jenis murbei memberikan hasil yang berbeda nyata pada semua variabel pengamatan, Murbei persilangan jenis M. AsI memberikan pertumbuhan terbaik pada panjang cabang dan tinggi tanaman, Murbei persilangan jenis M. NI memberikan pertumbuhan terbaik pada jumlah cabang dan berat daun. 2.)Bangunan rumah ulat sudah rampung beserta rak pemeliharaan dan dilengkapi alat pengokonan 3. ) Suhu maksimal alat pengering adalah 50oC dengan waktu pengeringan untuk mematikan pupa kokon sampel adalah 5 jam 4).Analisis rantai nilai menunjukkan pola distribusi/rantai nilai di lokasi pengembangan yang ada saat ini sudah optimal karena sudah menggambarkan keadilan sesuai pengorbanan yang dikeluarkan masing-masing pelaku pasar dan pola 3 merupakan pola yang lebih efisien dibandingkan dengan pola yang lain. Untuk itu, perlu pengamatan dan pengujian lebih lanjut teknologi yang sudah dibangun untuk mengetahui dampaknya terhadap kualitas dan kuantitas produksi kokon.

Kata Kunci: Persuteraan alam, teknologi, pengembangan, kualitas dan kuantitas, kokon

<center><a href='http://makassar.bsilhk.menlhk.go.id/'>Copyright (c) 2017 BPSILHK Makassar </a></center>