• Home
  • Tentang Balai
    • Tentang Balai
    • Struktur Organisasi
    • Sumber Daya Manusia
    • Sarana dan Prasarana
      • Sarana dan Prasarana
      • KHDTK
        • KHDTK
        • KHDTK Borisallo
        • KHDTK Malili
        • KHDTK Mengkendek
      • Laboratorium Lingkungan
  • Program
    • Program
    • Arboretum Sahabat Anak (ASA)
    • Zero Waste Community
    • Sinergi KHDTK
  • Instand BPSILHK Makassar
    • Instand BPSILHK Makassar
    • NSPK
    • Kegiatan BPSI
      • Kegiatan BPSI
      • Seksi Pemantauan
      • Seksi Pengujian
Log In
Header Image

  • Home
  • Tentang Balai
    • Struktur Organisasi
    • Sumber Daya Manusia
    • Sarana dan Prasarana
      • KHDTK
        • KHDTK Borisallo
        • KHDTK Malili
        • KHDTK Mengkendek
      • Laboratorium Lingkungan
  • Program
    • Arboretum Sahabat Anak (ASA)
    • Zero Waste Community
    • Sinergi KHDTK
  • Instand BPSILHK Makassar
    • NSPK
    • Kegiatan BPSI
      • Seksi Pemantauan
      • Seksi Pengujian

KHDTK Borisallo

Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Borisallo

Kondisi Aktual KHDTK

1. Lokasi

Lokasi KHDTK Borisallo kelurahan Bonto Parang berada di Kecamatan ParangLoe, Kabupaten Gowa berjarak 35 km dari kota Makassar. Lokasi ini dapat juga dijangkau melalui darat kurang lebih 500 m dari jalan poros Sungguminasa-Malino.

 2. Kondisi Biofisik

     a. Tutupan Lahan dan Vegetasi

KHDTK Borisallo saat ini sebagian telah ditanami Eucalyptus deglupta yang cukup rapat dan telah berumur diatas 20 tahun dan beberapa jenis tanaman kehutanan lainnya yaitu Gmelina (Gmelina arborea) dan akasia (Acacia mangium). Tanaman  lain  yang sudah ditanam didalam areal KHDTK seperti Mahoni, Eboni yang telah berumur 3 tahun s/d 10 tahun. Diantara tanaman pokok kehutanan tersebut, juga terdapat beberapa jenis tanaman sela/ tanaman bawah seperti kakao, kopi dan pisang.

       b. Geologi, Topografi dan Tanah

KHDTK Borisallo termasuk dalam satuan geologi formasi Lompobattang dengan komposisi batuan induk terdiri atas, breksi vulkanik, fragmen breksi batuan beku diorite berukuran kecil sampai bongkah yang terbesar banyak dilokasi  KHDTK Borisallo.

Berdasarkan ketinggian tempat dari permukaan laut ketinggian 50-125 m. Keadaan topografi dilokasi ini berkisar antara berombak sampai berbukit. Satuan topografi bergelombang dengan kemiringan lereng 8-15 % mencakup 79,65 ha ( 64,79 %), sedangkan satuan topografi berbukit dengan kemiringan lereng 15 – 30 % mempunyai luas 43,29 ha ( 35,21 %)

       c. Iklim dan Curah Hujan

Seperti halnya yang berlaku di daerah-daerah lain di Indonesia, keadaan iklim di lokasi KHDTK Borisallo dipengaruhi sangat kuat oleh siklus tahunan pergantian arah angin secara musiman, yaitu musim angin barat dan musim angin timur. Apabila ditinjau berdasarkan sistem klasifikasi iklim Koppen maka tipe iklim KHDTK Borisallo dapat dimasukkan ke dalam tipe iklim Aw (iklim hutan hujan tropis). Hal ini mengingat suhu udara rata-rata bulanan >18°C dan dalam setahun terdapat lebih dari satu bulan dengan curah hujan rata-rata bulanan <60 mm, yaitu pada bulan Agustus dan September  hanya sebesar 14 mm dan 45 mm.

Dengan dua bulan kering dan sembilan bulan basah (curah hujan rata-rata bulanan>100 mm) maka nilai Q terhitung adalah 0,22. Oleh karena itu, menurut klasifikasi Iklim Schmidt dan Fergusson KHDTK Borisallo termasuk ke dalam tipe iklim B (iklim basah).

Jika sistem zona agroklimat Oldeman diterapkan, maka KHDTK Borisallo termasuk ke dalam zona agroklimat C3. Hal ini mengingat daerah yang bersangkutan mengalami bulan basah dengan curah hujan > 200 mm selama 6 bulan berturut–turut (November s/d April)  dan mengalami bulan kering dengan curah hujan <100 mm selama 3 bulan berturut–turut ( Juli s/d September).

Selain dapat melihat korelasi positif antara jumlah hari hujan dan jumlah curah hujan bulanan, juga nampak bahwa bulan terkering dijumpai pada bulan Agustus (dengan curah hujan 14 mm), sementara bulan terbasah dengan curah hujan 943 mm terjadi pada bulan Januari.

 3. Kondisi Sosial Ekonomi

KHDTK Borisallo pada mulanya berada didalam areal HTI Gowa-Maros pada  petak 62, 63 dan 64. pembangunan Dam Bili-bili berdampak kepada meningkatnya tekanan masyarakat desa Lanna dan masyarakat kelurahan Bontoparang yang merambah ke areal KHDTK Borisallo, perambahan tersebut menyebabkan arael KHDTK yang seluas 180 ha (sesuai SK Menteri Kehutanan No 275/Kpts – II/1994) berkurang menjadi 133,5 (hasil pengukuran tahun 1999) selanjutnya hasil pemetaan partisipatif yang dipasilitasi oleh BP2KS dengan bantuan LSM setempat pada tahun 2004 , menunjukkan bahwa luas KHDTK Borisallo adalah 122,94 ha. Areal KHDTK telah dikuasai oleh 83 KK yang terhimpun dalam 4 kelompok tani hutan ( KTH ) .dan 233 unit pengelolaan keluarga dalam areal KHDTK Borisallo ( Kapling ) dengan sebaran masing-masing KTH , KTH Bonto parang  47 kapling, seluas 26,13 ha, KTH  Bontoala sebanyak 47 kapling dengan luas 9,16 ha, KTH Batu sempoa sebanyak 70 kapling dengan luas 38,34 ha dan KTH Pu’rombo sebanyak 69 kapling dengan luas 49,31 ha. Sosial ekonomi masyarakat sekitar KHDTK Bili-bili, lokasi dalam areal KHDTK mempunyai tegakan kerapatan jarang yang ditumpangsari oleh masyarakat dengan berbagai jenis tanaman antara lain kopi, coklat, jambu mete, pisang, nenas, dll.

 4. Kelembagaan Masyarakat

Kelembagaan masyarakat yang menonjol di KHDTK Borisallo adalah kelembagaan kelompok Tani Hutan (KTH). Jumlah kelompok Tani hutan ini yang ada saat ini berjumlah empat kelompok dan kelompok Tani Hutan ini sudah dikenal sejak PT.Inhutani membangun hutan tanaman dilokasi areal KHDTK Borisallo melalui program Inakaraeng sekitar tahun 1995,namun demikian struktur kelembagaan Inakaraeng berbeda dengan struktur kelembagaan kelompok tani hutan  yang ada sekarang. Kelembagaan kelompok tani hutan tersentralisasi pada pengelolaan kelompok lahan didalam KHDTK sebagai satu unit pengelolaan jangka panjang oleh kelompok masyarakat yang berdasarkan sejarah telah menguasai lahan tersebut secara turun temurung. Kelembagaan penguasaan lahan di KHDTK secara turun temurun sangat kuat, meskipun administrasi kehutanan mencatat wilayah KHDTK yang dikuasai masyarakat adalah kawasan hutan produksi.

Dengan kondisi areal KHDTK yang sebagian sudah dikelola masyarakat, maka aspek pemberdayaan masyarakat perlu mendapat perhatian khusus dari Balai Penelitian Kehutanan Makassar sebagai pengelola KHDTK. Penguatan kelembagaan masyarakat setempat sangat penting untuk menjamin kelanjutan pengelolaan dan pengamanan.

<center><a href='http://makassar.bsilhk.menlhk.go.id/'>Copyright (c) 2017 BPSILHK Makassar </a></center>