• Home
  • Tentang Balai
    • Tentang Balai
    • Struktur Organisasi
    • Sumber Daya Manusia
    • Sarana dan Prasarana
      • Sarana dan Prasarana
      • KHDTK
        • KHDTK
        • KHDTK Borisallo
        • KHDTK Malili
        • KHDTK Mengkendek
      • Laboratorium Lingkungan
  • Program
    • Program
    • Arboretum Sahabat Anak (ASA)
    • Zero Waste Community
    • Sinergi KHDTK
  • Instand BPSILHK Makassar
    • Instand BPSILHK Makassar
    • NSPK
    • Kegiatan BPSI
      • Kegiatan BPSI
      • Seksi Pemantauan
      • Seksi Pengujian
Log In
Header Image

  • Home
  • Tentang Balai
    • Struktur Organisasi
    • Sumber Daya Manusia
    • Sarana dan Prasarana
      • KHDTK
        • KHDTK Borisallo
        • KHDTK Malili
        • KHDTK Mengkendek
      • Laboratorium Lingkungan
  • Program
    • Arboretum Sahabat Anak (ASA)
    • Zero Waste Community
    • Sinergi KHDTK
  • Instand BPSILHK Makassar
    • NSPK
    • Kegiatan BPSI
      • Seksi Pemantauan
      • Seksi Pengujian

Demplot Aplikasi Mikoriza Arbuskular Pada Tanaman Bitti di Sulawesi

Demplot Aplikasi Mikoriza Arbuskular Pada Tanaman Bitti (Vitex cofassus ReinW.) di Sulawesi

Retno Prayudyaningsih

I.  PENDAHULUAN

 A.   Latar Belakang

Sampai saat ini produktivitas hutan  bitti di Sulawesi masih sangat rendah. Salah satu penyebabnya antara lain adalah penggunaan materi tanaman (bibit) yang berkualitas rendah. Untuk meningkatkan produktivitas hutan bitti maka penguasaan silvikultur jenis tersebut mutlak harus dikuasai, terutama teknologi penyiapan bibitnya. Salah satu cara meningkatkan kualitas bibit bitti adalah penggunaan pupuk kimia, namun dari beberapa pengalaman menunjukkan bahwa penggunaan pupuk buatan kadang-kadang kurang efektif pada tanah-tanah masam terutama pupuk fosfat. Untuk mengatasi masalah tersebut, alternatif pengggunaan pupuk biologi (biofertilizer) mikoriza dapat dilakukan. Bibit yang akarnya terinfeksi mikoriza mempunyai ketahanan hidup lebih tinggi di lapangan pada kondisi lingkungan yang tidak mendukung (marginal/kritis) dibandingkan bibit yang tidak terinfeksi. Cendawan mikoriza akan membantu tanaman dalam penyerapan unsur-unsur hara dan melindungi tanaman dari gangguan lingkungan.

 B.  Tujuan

Mengetahui efektifitas CMA terhadap pertumbuhan tanaman bitti di persemaian dan lapangan.

 C.  Luaran

Paket data/informasi efektifitas CMA untuk memacu pertumbuhan tanaman bitti di persemaian dan lapangan, Demplot aplikasi CMA pertanaman bitti seluas 2 Ha di Sulawesi Selatan.

 II. METODOLOGI PENELITIAN

 A.  Lokasi Penelitian

Pengambilan benih bitti di Kab. Bulukumba. Kegiatan persemaian di Balitbanghut Sulawesi, Makassar dan Penanaman di Kab. Luwu Timur (Malili).

 B.  Alat dan Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih bitti sebanyak 2 liter, mikofer dari PAU IPB, Gigaspora, Glomus clarum, tanah bermikoriza dari bawah tegakan tanaman bitti, tanah dari Malili, serbuk arang, pasir, batuan fosfat dan  bahan-bahan kimia berupa basamit dan  KOH 2%. Alat yang digunakan antara lain mikroskop binokuler, cawan petri, gelas ukur, erlenmeyer, pipet tetes, pipet makro, 1 set saringan spora, ayakan tanah, oven listrik, mistar, kaliper, timbangan analitik, bak kecambah ukuran 40 x 50 x 20 cm, kantong plastik ukuran 12 x 17 cm, kompas, parang, ajir/patok, cangkul, dll.

 C.   Rancangan Penelitian

1.   Rancangan di Persemaian

Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap dengan perlakuan sebagai berikut :

M0          = kontrol  / tanpa inokulasi mikoriza

M1           = inokulasi dengan mikofer dari PAU IPB

M2          = inokulasi dengan mikoriza alami / tanah bermikoriza

   dari bawah tegakan bitti.

          M3          = inokulasi dengan Glomus clarum

          M4         = inokulasi dengan Gigaspora sp

Masing-masing perlakuan terdiri 600 semai jadi keseluruhan semai (3000 semai) namun tidak semuanya diamati dan diukur.

 2.   Rancangan di Lapangan (Penanaman)

Rancangan percobaan yang digunakan di lapangan adalah rancangan acak lengkap berblok dengan jumlah blok 3 buah dan jumlah plot 5 buah tiap blok. Serta jumlah tanaman tiap plot 140 tanaman. Bibit yang telah diperlakukan di persemaian selanjutnya setelah siap tanam (umur 3 – 4 bulan) maka akan ditanam di lapangan.

 D.   Parameter yang diamati

          Parameter yang diamati pada persemaian adalah pertumbuhan semai (tinggi, diameter dan jumlah daun), persentase infeksi mikoriza, berat kering total dan indeks kualitas semai. Pengamatan dan pengukuran terhadap parameter-parameter tersebut dilakukan pada sebagian semai (disampel sebanyak 100 semai untuk tiap perlakuan)

Parameter yang diamati di lapangan untuk kegiatan tahun 2005 adalah persen hidup.

 E.   Analisa Data

          Data pengamatan yang diperoleh dianalisis dengan uji F (analisis varian). Apabila hasil uji F berbeda nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (BNJD).

<<<kembali

<center><a href='http://makassar.bsilhk.menlhk.go.id/'>Copyright (c) 2017 BPSILHK Makassar </a></center>